Secara umum, neraca perdagangan atau disebut juga dengan balance of trade merupakan tolok ukur untuk menilai transaksi ekspor dan impor. Biasanya, pengukuran ini terjadi dalam periode tertentu agar hasilnya valid.
Hasil balance of trade terbagi menjadi dua, yaitu positif dan negatif. Positif bila hasilnya menunjukkan nilai ekspor berada lebih tinggi daripada nilai impor. Sedangkan negatif bila hasilnya menunjukkan nilai impor yang lebih besar daripada nilai ekspor.
Jenis-jenis Neraca di Bidang Perdagangan
Suatu negara bisa mengalami kondisi ekonomi yang terbagi ke dalam tiga jenis. Mulai dari neraca perdagangan defisit, neraca perdagangan surplus, dan neraca perdagangan seimbang. Berikut ini adalah penjelasan dari ketiga situasi ekonomi tersebut:
1. Neraca Perdagangan Defisit
Apabila suatu negara mengalami kondisi nilai transaksi impor yang lebih besar daripada nilai ekspor, maka negara mengalami neraca perdagangan defisit. Kondisi ini bisa menjadi kode atau pertanda bahwa suatu negara sedang mengalami kerugian yang bisa merujuk pada kebangkrutan.
Baca juga artikel lainnya di: “Cara Membuat Laporan Keuangan Perusahaan dengan Mudah“
Jika neraca perdagangan berada dalam status defisit, maka akan membahayakan kondisi negara yang mengalaminya. Apalagi jika negara tersebut masih berstatus negara berkembang. Mengapa demikian?
Ternyata, biaya impor yang harus dikeluarkan oleh negara jauh lebih besar nilai daripada biaya ekspor. Bila kondisi ini terjadi dalam jangka waktu panjang, maka akan menyebabkan pengeluaran negara jauh lebih banyak daripada pendapatannya.
Meski begitu, neraca perdagangan defisit tetap diperlukan saat kondisi ekonomi sebuah negara berada pada tahap ekspansi. Saat negara melakukan ekspansi, maka jumlah impor barang akan semakin banyak, namun harga nilainya tetap rendah akibat ketatnya persaingan usaha.
2. Neraca Perdagangan Seimbang
Apabila nilai transaksi nilai ekspor dan impor suatu negara hampir sama, maka disebut pula dengan neraca perdagangan seimbang. Dalam hal ini, negara tidak mengalami kerugian maupun keuntungan yang drastis.
Kondisi neraca perdagangan seimbang perlu tetap dipertahankan agar ketahanan dan pertumbuhan suatu negara bisa terjadi. Meskipun kondisi seperti ini sulit bertahan dalam jangka waktu lama, namun masih bisa diusahakan.
Salah satu cara agar neraca perdagangan negara tetap seimbang perlu kerjasama dari berbagai pihak. Sebagai warga negara yang baik, kamu bisa ikut berkontribusi dengan melakukan ekspor dan impor barang dalam jumlah seimbang.
3. Neraca Perdagangan Surplus
Lantas, bagaimana dengan neraca perdagangan surplus? Kondisi ini terjadi apabila suatu negara mengalami nilai ekspor yang lebih besar daripada nilai impornya. Neraca perdagangan surplus akan menghasilkan keuntungan bagi suatu negara yang menjalankan transaksi perdagangan.
Jika suatu negara ingin maju, maka harus memiliki banyak roda usaha yang bisa diekspor ke negara-negara lain. Misalnya, negara tersebut kaya dengan sumber daya alamnya, maka bisa berfokus pada produksi bahan-bahan pangan.
Baca juga artikel lainnya di: “3 Alasan Laporan Keuangan Penting Dalam Bisnis“
Kondisi neraca surplus bisa mencegah suatu negara mengalami masa resesi. Sebab, jumlah pendapatan ekspor yang jauh lebih besar daripada pengeluaran impor bisa menekan ketahanan suatu negara dari dampak ekonomi global.
Bahkan, negara bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk meningkatkan peningkatan produksi barang untuk diekspor. Oleh sebab itu, negara yang mengalami neraca perdagangan surplus harus bisa memanfaatkan kondisi keuangannya sebijak mungkin.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Neraca dalam Sistem Perdagangan
Apa yang mempengaruhi neraca perdagangan suatu negara? Jika menilik dari penyebabnya, maka secara umum kondisi tersebut bersumber dari beberapa faktor. Lalu, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi neraca dalam sistem perdagangan negara? Berikut ini adalah ulasannya.
1. Nilai Tukar Mata Uang
Mata uang merupakan alat transaksi utama dalam melakukan pembayaran ekspor dan impor. Masing-masing negara tentu punya mata uangnya sendiri. Bedanya, nilai tukar mata uang untuk masing-masing negara berbeda satu dengan yang lain.
Hal inilah yang akan mempengaruhi neraca suatu negara. Mata uang dengan nilai paling besar biasanya akan memerankan peran utama dalam transaksi ekspor dan impor.
Misalnya saja nilai tukar mata uang Rupiah berada di bawah mata uang Dollar. Maka, mata uang yang dipakai untuk sistem transaksi adalah memakai mata uang Dollar. Aturan ini juga berlaku pada nilai mata uang negara lainnya.
2. Daya Saing Produk dan Produksi
Selanjutnya, ada faktor daya saing produk dan produksi. Mengapa hal ini bisa mempengaruhi neraca dagang? Karena, daya saing produk akan mempengaruhi tinggi rendahnya permintaan ekspor dari suatu negara ke negara lain.
Apabila produk yang diproduksi memiliki nilai jual yang rendah, maka permintaannya akan sedikit. Begitupun dengan produk yang memiliki nilai jual tinggi. Permintaan suatu negara terhadap produksi produk tersebut akan semakin meningkat dan menaikkan nilai ekspor.
Agar daya saing produk dan kegiatan produksi tetap tinggi, maka harga jualnya harus terjangkau. Meski begitu, kualitas produknya tidak boleh asal-asalan dan harus tetap terjaga kualitasnya sesuai standar. Dengan prinsip itu, daya saing produk dan produksi dalam negeri akan mampu bersaing.
3. Pertumbuhan Ekonomi Negara
Faktor terakhir yang bisa mempengaruhi neraca dagang adalah dari segi pertumbuhan ekonomi negara. Apa maksudnya? Pertumbuhan ekonomi negara yang tinggi nyatanya mampu menggenjot produksi produk untuk diekspor ke negara lain.
Baca juga artikel lainnya di: “Jenis dan Tujuan Laporan Keuangan“
Pertumbuhan ekonomi ini harus diiringi juga dengan meningkatnya permintaan bahan baku dan barang modal yang diekspor. Kondisi inilah yang akan meningkatkan proses perdagangan global antar negara di dunia.
Contoh Neraca Perdagangan
Balance of Trade suatu negara bisa diidentifikasi dari selisih nilai ekspor dan nilai impor. Tinggi rendahnya nilai ekspor maupun nilai impor akan mempengaruhi kondisi ekonomi suatu negara. Supaya lebih gampang memahami konsepnya, kamu bisa menyimak contohnya berikut ini:
Contoh Kasus 1
Misalnya suatu negara memiliki nilai ekspor sebesar 180 miliar USD. Lalu, nilai impornya berjumlah 170 miliar USD. Maka, neraca dagang yang dialami negara tersebut adalah surplus karena negara mendapatkan keuntungan sebesar 10 miliar USD.
Perhitungannya adalah dari hasil selisih nilai ekspor dan nilai impor. Maka, jika dihitung 150 miliar USD dikurangi 130 miliar USD sama dengan 20 miliar USD. Dengan begitu, hasilnya adalah surplus karena nilai ekspor negara tersebut jumlahnya lebih besar daripada nilai impornya.
Contoh Kasus 2
Misalnya, negara X memiliki nilai ekspor sebesar 200 miliar USD. Lalu, nilai impornya adalah sebesar 230 miliar USD. Ternyata, nilai impor negara X jauh lebih daripada nilai ekspornya. Dengan begitu, neraca perdagangan negara X telah mengalami defisit sebesar 30 miliar USD. Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, sebuah perusahaan fintech yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menyalurkan pinjaman online. Ikuti terus artikel dari blog Kredit Pintar agar Anda bisa mendapatkan info serta promo menarik lainnya.
Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech terdaftar dan diawasi OJK yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman online bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan informasi, tips bermanfaat, serta promo menarik lainnya.