Biaya Implisit adalah: Pengertian hingga Cara Menghitungnya

14 Mar 2025 by kreditpintar, Last edit: 14 Mar 2025

Biaya implisit adalah konsep yang rumit. Karena tidak memiliki bentuk yang nyata dan tidak tercatat dalam laporan keuangan, rasanya anggapan ini ada benarnya. Tapi, semua itu hanya berlaku jika Anda belum benar-benar memahami makna di baliknya.

jakub-zerdzicki-heiYgqp0Tsk-unsplash

Baca juga: Cuan Berlimpah dengan Strategi Bisnis yang Lincah

Apa itu Biaya Implisit

Kalau diartikan, biaya implisit adalah biaya peluang atau opportunity cost yang muncul saat perusahaan menggunakan sumber daya internal tanpa ada pembayaran langsung yang tercatat. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang memiliki gudang. Karena dirasa butuh, perusahaan tersebut memilih untuk menggunakan gudang itu sendiri.

Bayangkan jika perusahaan tersebut menyewakan gudang ke pihak lain. Sudah pasti, perusahaan tersebut akan mendapatkan pemasukan. Potensi pendapatan yang hilang dari menyewakan gudang inilah yang disebut dengan biaya implisit.

Pentingnya Memahami Biaya Implisit dalam Bisnis

Perlu diingat, biaya implisit adalah opportunity cost. Artinya, Anda bisa memahami potensi pendapatan yang hilang karena sumber daya internal digunakan untuk satu tujuan, bukan opsi lain yang mungkin saja lebih menguntungkan.

Dengan memahami biaya implisit, Anda bisa menilai apakah penggunaan sumber daya yang dimiliki sudah optimal. Anda pun jadi lebih terbuka akan potensi keuntungan baru dan lebih cerdas dalam mengambil keputusan.

Beda Biaya Implisit dengan Biaya Eksplisit

Sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa biaya implisit adalah biaya yang tidak melibatkan pengeluaran kas secara langsung. Namun perlu diingat, dalam bisnis juga ada yang namanya biaya eksplisit.

scott-graham-OQMZwNd3ThU-unsplash

Lantas, apa bedanya?

1. Pencatatan dalam Laporan Keuangan

Jika biaya implisit adalah biaya yang tidak berwujud karena tidak melibatkan pengeluaran kas, biaya eksplisit adalah kebalikannya. Biaya eksplisit adalah biaya nyata yang melibatkan pengeluaran uang ataupun aset berwujud lainnya.

Contohnya, biaya sewa, gaji karyawan, dan pengeluaran operasional, semua itu masuk dalam biaya eksplisit. Semua biaya tersebut tercatat dalam laporan keuangan perusahaan dan digunakan untuk menghitung laba.

2. Pemanfaatannya dalam Bisnis

Selain dari sifatnya, perbedaan antara biaya implisit dan biaya eksplisit juga bisa dilihat dari cara perusahaan memanfaatkannya. Biasanya, biaya implisit ini dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan untuk memaksimalkan aset yang dimiliki perusahaan. Di sisi lain, biaya eksplisit biasanya lebih sering dimanfaatkan perusahaan untuk mengetahui pengaruhnya pada proses produksi.

3. Pelaporan ke Perusahaan

Biaya implisit adalah biaya yang tidak tercatat. Karena tidak tercatat, biaya-biaya ini tidak mungkin bisa dilaporkan ke perusahaan. Sebaliknya, biaya eksplisit bentuknya nyata dan bisa dicatat dalam laporan keuangan. Karena itu, biaya ini dapat dilaporkan.

4. Pengaruhnya pada Keuntungan

Sebenarnya baik biaya implisit maupun biaya eksplisit, keduanya punya pengaruh pada keuntungan perusahaan. Hanya saja, pengaruhnya pada keuntungan sedikit berbeda. Biaya implisit bisa mempengaruhi laba ekonomi. Dari sini, perusahaan dapat melihat lebih dalam tentang keuntungan dan kerugian yang dialami. Di sisi lain, karena bisa mengurangi laba bersih, dampak biaya eksplisit cenderung lebih mudah dilihat.

Baca juga: 4 Pinjaman Modal Usaha Ini Bisa Jadi Solusi Bisnis Anda

Contoh Biaya Implisit

Biaya implisit adalah biaya yang cenderung tak kasat mata, namun turut mempengaruhi keputusan bisnis. Pertanyaannya, apa saja yang termasuk dalam biaya implisit? Berikut beberapa contohnya.

1. Waktu Pelatihan untuk Karyawan

Saat ada karyawan baru, mereka biasanya tidak bisa langsung disuruh untuk bekerja. Ada banyak hal yang perlu mereka pelajari, mulai dari budaya kerja, hingga cara kerja di perusahaan. Selama masa pelatihan, karyawan baru akan menghabiskan waktu lebih banyak untuk belajar daripada bekerja. Kondisi ini jelas bisa mempengaruhi proses produksi dan membuat proses ini sedikit terhambat. Dengan kata lain, ada potensi peluang yang hilang di situ.

2. Perbaikan Mesin Produksi

Contoh bagaimana perbaikan mesin produksi bisa menjadi biaya implisit adalah saat mesin tersebut rusak. Misalnya, jika sebuah mesin produksi yang biasanya menghasilkan 200 unit dalam satu jam harus berhenti selama 3 jam, bayangkan berapa banyak unit yang tidak diproduksi dan potensi kerugian yang dialami.

3. Mengirimkan Karyawan untuk Melanjutkan Studi

Mengirim karyawan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, atau ke pelatihan yang dibutuhkan perusahaan memang seharusnya dipandang sebagai sebuah investasi. Namun layaknya investasi pada umumnya, ada harga yang harus dibayar di sini.

Selama karyawan melanjutkan studi, sudah pasti ia tidak bisa bekerja seperti biasanya. Ada output yang hilang. Meski secara jangka panjang keputusan ini menguntungkan, secara jangka pendek jelas ada kerugian yang harus ditanggung perusahaan.

4. Pemilik Perusahaan yang Bekerja Sendiri

Kisah pemilik perusahaan yang mengerjakan hampir semua pekerjaan sendiri mungkin sudah menjadi hal yang biasa. Tapi dibalik kisah tersebut, sebenarnya ada pelajaran lain yang juga patut diambil, yakni biaya implisit.

Saat pemilik bisnis mengerjakan semuanya sendirian, ia akan terjebak dalam rutinitas berulang dan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan bisnisnya. Di samping itu, ada kesempatan yang terlewat karena tidak mempekerjakan tenaga ahli. Padahal jika ia mempekerjakan orang yang lebih ahli, sebenarnya banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan lebih cepat dan lebih baik.

5. Penyusutan Nilai Aset

Setelah digunakan beberapa waktu, beberapa aset perusahaan umumnya akan mengalami penyusutan (depresiasi), dan ini adalah hal yang biasa. Meski dampaknya tidak terlalu besar, pengaruhnya pada proses produksi tetap saja ada. Penyusutan ini bisa masuk dalam kategori biaya implisit. Jadi meski berpengaruh pada kekayaan perusahaan, hal tersebut tidak dicatat dalam laporan keuangan.

Cara Menghitung Biaya Implisit

Sebelumnya Anda sudah melihat bahwa biaya implisit adalah sesuatu yang abstrak dan tidak memiliki bentuk nyata atau tercatat dalam laporan keuangan. Namun meski tak kasat mata, biaya implisit sebenarnya masih bisa dihitung.

pexels-goumbik-590011

Pertanyaannya, bagaimana cara menghitung biaya implisit?

Untuk menghitung biaya implisit (IC), Anda perlu tahu dulu total biaya (TC) dan biaya eksplisit (EC). Berikut rumusnya:

IC (Implisit Costs) = TC (Total Costs) – EC (Explicit Costs)

Contoh kasus, ada sebuah perusahaan yang mencatat total biaya sebesar Rp30 juta dalam satu bulan. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp20 juta digunakan untuk membayar gaji karyawan, tagihan listrik, dan pengeluaran langsung lainnya. Sedangkan untuk sisanya, pengeluaran tersebut digunakan untuk sewa bangunan yang sebenarnya merupakan milik pemilik perusahaan itu sendiri.

Gaji karyawan, tagihan listrik, dan pengeluaran langsung lainnya bisa dikategorikan sebagai biaya eksplisit. Karena pemilik bangunan adalah pemilik perusahaan itu sendiri, sewa bangunan bisa disebut biaya implisit. Untuk tahu berapa besaran biaya implisitnya, berikut perhitungannya:

IC = TC – EC

IC = 30.000.000 – 20.000.000

IC = Rp10.000.000

Dari perhitungan tersebut, besaran biaya implisitnya berarti sebesar Rp10.000.000.

Meski tidak tercatat dalam laporan keuangan, biaya implisit adalah komponen yang sangat penting dalam sebuah bisnis. Dengan ini, Anda bisa mengukur keuntungan ekonomi, bahkan merencanakan strategi bisnis yang lebih menguntungkan.

Baca juga: Cara Membangun Bisnis Mulai dari Nol!Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech berizin dan diawasi OJK yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman daring bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan informasi, tips bermanfaat, serta promo menarik lainnya.

14 Mar 2025
mobile-close
Pinjam kilat 50 juta!Download