Selama beberapa tahun terakhir, tanaman porang menjadi sorotan. Apalagi setelah Presiden Jokowi pada Agustus 2021 lalu mengimbau agar Indonesia tak hanya mengekspor tanaman porang dalam bentuk mentah dan barang setengah jadi. Melainkan dalam bentuk beras porang yang bernilai jual lebih tinggi.
Jokowi berharap tanaman porang bisa menjadi komoditas ekspor andalan baru dari Indonesia. Jika kita menggarapnya dengan serius, maka ekspor produk porang ini dapat memberikan nilai tambah yang baik. Tidak hanya bagi perusahaan pengolah porang tetapi juga kepada para petani porang.
Apa itu Tanaman Porang?
Sebenarnya tanaman porang sudah dikenal sejak lama. Saat penjajahan Jepang, masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dipaksa untuk mendapatkan porang untuk keperluan pangan dan industri mereka. Sebab sejak dahulu, tanaman porang memang tumbuh liar di hutan tropis.
Tanaman porang masih satu famili dengan tanaman bunga bangkai (Araceae), yang dikenal memiliki bunga berbau tak sedap. Tanaman berjenis umbi-umbian ini bisa tumbuh tinggi hingga 1,5 meter.
Ciri-ciri Tanaman Porang
Baca juga: 10 Tanaman Hias Yang Sedang Populer Tahun 2022
Sepintas, tanaman porang memang mirip dengan suweg (Amorphophallus campanulatus forma hortensis), walur (Amorphophallus campanulatus forma sylvestris) dan iles-iles putih (Amorphophallus variabilis). Namun tanaman porang yang memiliki nama latin Amorphophallus Muelleri ini memiliki beberapa ciri khas yang membedakan dengan tanaman-tanaman tersebut.
Yang pertama porang memiliki kulit batang yang halus dan berwarna belang-belang hijau dan putih. Berbeda dengan suweg yang memiliki kulit batang agak kasar karena ditumbuhi duri. Sementara walur juga memiliki kulit batang yang kasar, warnanya pun berbeda yakni hijau keunguan dan bercak putih. Iles-iles putih memiliki kulit batang halus dan berwarna keunguan dengan bercak putih.
Ciri khas kedua dari tanaman porang adalah pada bagian daun. Tanaman porang memiliki daun lebar berwarna hijau muda dengan ujung runcing. Berbeda dengan suweg, iles-iles putih dan walur yang memiliki daun yang lebih kecil.
Yang ketiga, pada setiap pertemuan cabang tanaman porang ada bubil/katak (bibit porang). Hal ini tidak bisa ditemukan pada tanaman suweg, iles-iles putih atau pun walur.
Bubil/katak/bibit porang. Sumber foto: jurnalistik.id
Baca juga: 7 Cara Mengatasi Insomnia
Ciri khas terakhir dari porang ada pada bagian umbi. Tidak ada bintil pada permukaan umbi porang. Umbi juga berserat halus dan berwarna kekuningan. Ingat, umbi porang juga tidak bisa dikonsumsi secara langsung dan harus melalui proses.
Sementara umbi suweg, iles-iles putih dan walur memiliki bintil kasar pada permukaannya dan berserat halus. Umbi ketiga tanaman tersebut berwarna putih, tidak seperti porang yang berwarna kekuningan.
Manfaat Tanaman Porang
Seperti halnya tanaman umbi-umbian lainnya, porang memiliki kandungan karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, kristal kalsium oksalat, alkaloid, dan serat pangan. Sebab itulah tanaman ini tak hanya bermanfaat bagi kesehatan, tetapi juga bisa digunakan sebagai bahan baku industri.
1. Bahan Makanan Sehat
Mengandung glukomanan, porang bisa digunakan sebagai bahan alternatif tepung. Tak hanya itu, umbi konnyaku porang juga rendah kalori, tinggi serat serta mengandung tujuh macam asam amino esensial.
Setelah diproses menjadi tepung konyaku porang, bahan makanan ini mengandung komposisi 49-60 % serat glukomanan, 10-30 % pati, serta 2-5 % serat tak larut air. Konyaku porang juga tidak mengandung karbohidrat dan gluten. Sebab itulah, bahan makanan ini cocok untuk dikonsumsi orang-orang yang tengah diet rendah kalori, penderita diabetes, atau pun untuk mereka yang alergi gluten.
2. Mengendalikan Kadar Gula Darah
Kandungan glukomanan pada tanaman porang memang menyimpan segudang manfaat. Dilansir dari Diabetes research and clinical practice, glukomanan bisa mengendalikan kadar gula darah pada penderita diabetes.
Glukomanan berfungsi menekan produksi hormon ghrelin yang menjadi pemicu rasa lapar. Sehingga nafsu makan terkendali. Penyerapan karbohidrat jadi lebih lambat dan gula darah pun tak melonjak tajam.
Tak hanya, penelitian lain yang diterbitkan dalam Journal Care juga melaporkan kondisi penderita diabetes mellitus tipe 2 yang mengonsumsi umbi porang olahan menjadi lebih baik. Konsumsi makanan tersebut memengaruhi penurunan kadar glukosa dan profil lemak mereka.
Glukomanan juga meningkatkan penyerapan nutrisi di usus kecil. Sebab itulah, sensitivitas insulin akan meningkat.
Hasil penelitian lain juga melaporkan bahwa mengonsumi tanaman porang pada tikus bisa mencegah pembentukan plak dalam pembuluh darah karena penumpukan kolesterol. Kandungan glikemik objek juga menurun setelah rutin mengonsumsi biskuit glukomanan. Sehingga kadar gula darah terkontrol.
3. Menurunkan Kadar Kolesterol
Tanaman porang juga bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol. Dalam sebuah studi sebanyak 22 penderita diabetes tipe 2 diberi suplemen konyaku glukomanansebanyak 3,6 gram per hari. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah mereka menurun. Hal ini tentunnya menurunkan risiko penyakit pembuluh darah seperti penyakit jantung dan stroke.
4. Menurunkan Berat Badan
Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 30 pasien obesitas menunjukkan bahwa pemberian suplemen glukomanan efektif untuk menurunkan berat badan. Selama 60 hari berturut-turut, pasien obesitas menjalani diet rendah kalori ditambah konsumsi glukomanan.
Hasilnya pun memuaskan. Setelah empat bulan, berat badan berlebih dan tingkat trigliserida tinggi pada pasien obesitas itu menurun signifikan. Menariknya, meski berat badan mereka menurun, namun kandungan zat besi, kalsium, tembaga, dan seng tidak berubah.
5. Mengatasi Sembelit Kronis
Glukomanan dalam tanaman porang juga bisa mengatasi sembelit kronis. Dalam sebuah studi menunjukkan bahwa mengonsumsi glukomanan dari tanaman ini selama 10 hari berturut-turut, maka frekuensi buang air menjadi lebih lancar dan normal.
6. Bahan Baku Industri dan Obat
Tanaman porang memiliki kandungan konjac atau konyaku yang bisa dijadikan bahan campuran pembuatan kertas. Konyaku membuat kertas menjadi tahan lama dan kuat.
Tak hanya itu, porang juga bisa dimanfaatkan sebagai perekat kertas, wol dan kain katun. Juga sebagai pengkilap kain dengan materi yang lebih baik dan tentunya harga lebih murah. Selain itu, tanaman porang juga memiliki manfaat bagi industri kesehatan. Kandungan glukomanan dalam tanaman ini bisa digunakan sebagai bahan pembentuk kapsul obat.
7. Pembersih Air
Kandungan glukomanan memiliki segudang manfaat. Bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan, glukomanan juga bisa memurnikan air dan keloid dari bahan pencemar seperti bir, gula, minyak dan serat.
8. Lem Ramah Lingkungan
Tanaman porang mengandung konyaku yang bisa dijadikan alternatif lem. Kandungan ini memiliki efektivitas perekat yang bagus dan tentunya ramah lingkungan.
9. Pengental Es Krim
Umbi porang juga bisa dimanfaatkan sebagai pengental es krim agar tidak cepat meleleh. Tentunya manfaat ini didapat dari kandungan konyaku. Kandungan ini juga bisa digunakan sebagai pengental makanan lain seperti sirup.
Ekspor Tanaman Porang
Presiden Jokowi saat berkunjung ke pabrik pengolahan porang milik PT Asia Prima Konjac di Madiun, Jawa Timur, Agustus 2021 lalu. Foto: Dok. Instagram Jokowi
Baca juga: Kumpulan Aplikasi untuk Mengelola Bisnis Online Lebih Mudah
Dengan segudang manfaat yang dimiliki tanaman ini, tak heran jika umbi-umbian ini menjadi primadona di dunia ekspor Indonesia. Budidaya porang pun semakin meningkat.
Hingga saat ini sudah ada lebih dari 47,4 ribu hektare luas lahan yang digunakan untuk budidaya porang yang tersebar di 15 provinsi di Indonesia. Pemerintah menargetkan budidaya ini berkembang menjadi sebanyak 100 ribu hektare pada 2024 nanti.
Kementerian Pertanian RI menyebut nilai ekspor porang pada tahun 2020 mencapai sebesar Rp923,6 miliar. Hal ini membuat komoditas tersebut ditetapkan sebagai mahkota masuk dalam program gerakan tiga kali lipat ekspor (Gratieks). Negara tujuan ekspor utama dari tanaman porang ini adalah Jepang, Taiwan, Thailand dan Vietnam.
Tahun 2020 harga tanaman porang sekitar Rp 12.000 – Rp 13.000 per kilogram. Namun pada akhir 2021 lalu, harga tanaman ini merosot tajam menjadi Rp 6.000 per kilogram. Kendati demikian, petani masih mendapat untung dari harga tersebut.
Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech terdaftar dan diawasi OJK yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman online bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan informasi, tips bermanfaat, serta promo menarik lainnya.