Masyarakat Bali banyak menggunakan aksara bali sebagai aksara tradisional. Aksara Bali adalah abugida yang berdasar pada huruf Pallawa. Aksara ini sebenarnya mirip dengan aksara Jawa. Perbedaannya ada pada lekukan bentuk hurufnya. Ini informasi mengenai daftar lengkap aksara Bali.
Aksara Bali berjumlah 47 karakter, 14 di antaranya adalah huruf vokal (aksara suara). Huruf konsonan (aksara wianjana) memiliki jumlah 33 karakter. Aksara wianjana Bali yang sering dipergunakan berjumlah 18 karakter. Selain itu, terdapat aksara wianjana Kawi yang dipakai pada kata-kata tertentu, khususnya kata-kata yang terpengaruh bahasa Kawi serta Sansekerta.
Meskipun terdapat aksara wianjana Kawi yang berisi intonasi nada spesifik, pengucapannya acap kali disamakan dengan aksara wianjana Bali. Contohnya, aksara dirgha (pengucapan panjang) yang semestinya dibaca panjang, acapkali dibaca sebagaimana aksara hresua (pengucapan pendek).
Baca Juga: Berburu Makanan Khas Bali yang Nikmat dan Murah
Sejarah Aksara Bali
Aksara Bali berkembang seiring dengan masuknya Agama Hindu dan Budha yang berasal dari India ke Indonesia. Keistimewaan dari aksara ini terletak tidak hanya pada penggunaan sastra tetapi juga lambang suci yang berkaitan erat dengan ajaran agama Hindu.
I.B Made Suasta, dkk dalam buku berjudul Modernisasi dan Pelestarian Pengembangan Metode dan Teknik Penulisan Aksara Bali (1996) menyampaikan bermacam-macam aksara yang berkembang di India, aksara Dewanagari serta Pallawa merupakan aksara yang dibawa masuk menuju Indonesia.
Aksara ini lalu mengalami penyesuaian serta pengembangan menjadi aksara kuno yang dikenal luas sebagai aksara Kawi. Aksara Kawi ini yang selanjutnya sering digunakan serta berkembang menjadi aksara Jawa dan aksara Bali.
Perbedaan Aksara Bali dan Aksara Jawa
Aksara bali mempunyai sedikit perbedaan dengan aksara jawa. Jumlah aksara jawa berujumlah 20, yakni sebagai berikut:
- Ha, Na, Ca, Ra, Ka, artinya adalah ada dua orang abdi.
- Da, Ta, Sa, Wa, La, artinya adalah memperebutkan surat (perintah raja).
- Pa, Dha, Ja, Ya, Nya, artinya adalah sama-sama sakti.
- Ma, Ga, Ba, Tha, Nga, artinya adalah kedua abdi meninggal.
Sedangkan aksara bali berjumlah 18, yakni sebagai berikut :
- Ha, Na, Ca, Ra, Ka artinya adalah ada dua orang abdi.
- Ga, Ta artinya adalah setia.
- Ma, Nga, Ba, Sa, Wa, La, artinya adalah membawa surat.
- Pa, Da, Ja, Ya, Nya artinya adalah keduanya sama-sama saktinya.
Aksara Bali berakhir dengan Pa, Da, Ja, Ya, Nya (sama saktinya), artinya aksara Bali sebagai pemujaan dan pengharapan supaya aksara ini dengan masyarakat penggunanya akan memperoleh kebebasan atau biasa dikenal moksha (pada jayanya).
Jenis Aksara Bali
Aksara Bali memiliki beberapa jenis. Berikut adalah beberapa jenisnya:
Aksara Bali Jenis Weastra atau Wresastra
Aksara Bali jenis ini berjumlah 18 huruf, yaitu sebagai berikut:
ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, ma, ga, ba, nga, pa, ja, ya, nya.
Aksara Bali sebenarnya mempunyai banyak kemiripan dengan aksara-aksara di Asia Selatan serta Asia Tenggara yang berasal dari rumpun aksara yang sama khususnya dengan aksara Brahmi jaman Veda kuno. Lalu aksara Bali pada abad ke-11 banyak mendapat pengaruh dari bahasa Kawi serta Sanskerta atau Devanagari.
Tulisan Bali kuno ditulis di daun pohon siwalan (sejenis palma), tumpukannya lalu diikat serta disebut lontar.
Aksara bali memiliki jumlah aksara terbatas, seiring berjalannya waktu aksara ini berkembang terutama mengambil dari bahasa Sansekerta. Aksara Bali lalu menjadi lebih banyak seiring dengan banyaknya bahasa serapan.
Aksara Bali Jenis Aksara Swara
Aksara swara menggunakan suku kata yang tidak mempunyai konsonan di awal, atau dengan kata lain suku kata yang cuma terdiri vokal. Aksara swara (suara vokal) terbagi menjadi 2 varian, yaitu aksara Hrěṣwa (suara pendek) serta aksara Dīrgha (suara panjang):
A, ā, I, ī, U, ū, E, Ai, O, Au, ṛ, ṝ, ḷ, ḹ.
Aksara Wjaksara
Adapun aksara Wijaksara terdiri atas Ongkara, Triaksara, Pancaksara, Rwa bhineda, Desaksara, Caturdasaksara, Panca Brahma, dan Sodasaksara. Dari sederet aksara tersebut terdapat sejumlah aksara terdiri dari gabungan dari Aksara Wjaksara sebagaimana Caturaksara, Sodaksara, dan Ekadaksara.
Aksara Modre
Aksara Modre menjadi aksara yang sulit untuk dibaca karena bermacam-macam penggunaan pangangge aksara. Aksara ini juga memakai lambang dengan gambar-gambar khusus. Pada akhirnya ketika membaca aksara ini referensi pada petunjuk-petunjuk serta contoh pada lontar Krakah.
Baca Juga: Cara Cermat Atur Budget Liburan Ke Tempat Wisata di Bali
Cara Menulis Angka dalam Aksara Bali
Aksara Bali mempunyai lambang bilangannya sendiri, contohnya angka 2 dengan aksara swara la lěnga. Disebabkan persamaan bentuk ini, angka yang dipakai di tengah kalimat harus diapit dengan tanda baca carik guna memperjelas fungsinya sebagai lambang bilangan.
Tanda Baca dalam Aksara Bali
Teks tradisional Bali ditulis tanpa adanya spasi antar-kata dan mempunyai beberapa tanda baca. Carik dipakai untuk memisahkan kalimat (sebagaimana koma), carik kalih/pareren dipakai untuk mengakhiri kalimat (sebagaimana titik), sedangkan carik pamungkah berfungsi layaknya titik dua.
Paměněng adalah tanda pemenggalan yang dipakai ketika suatu kata terputus di bagian tengah atau akhir baris kalimat lontar. Panti, pamada, serta carik agung umum dipakai sebagai pengawal teks dan penanda pergantian tembang sedangkan pasalinan dipakai untuk mengakhiri teks.
Aturan dalam Menulis Aksara Bali
Dalam lontar-lontar, kakawin serta kitab-kitab agama Hindu dari zaman Jawa-Bali Kuno sering ditemukan berbagai aksara wianjana khusus, disertai gantungannya yang istimewa. Penulisan aksara khusus disebut pasang pageh, dikarenakan cara penulisannya memang seperti itu, tidak dapat diubah lagi.
Aksara-aksara ini juga memiliki nama, contohnya Na rambat, Ta latik, Ga gora, Ba kembang, dan lain sebagainya. Hal itu dikarenakan setiap aksara harus dilafalkan dengan intonasi yang tepat, sesuai dengan nama aksara itu.
- Aksara mahaprana (hembusan besar) dilafalkan sama seperti aksara alpaprana (hembusan kecil).
- Aksara dirgha (suara panjang) dilafalkan sama seperti aksara hrasua (suara pendek).
- Aksara usma (desis) dilafalkan biasa saja.
Aturan Penulisan Singkatan dalam Aksara Anceng Bali
Singkatan serta akronim tidak cuma dipakai digunakan dalam bahasa Indonesia saja, juga sering digunakan pada aksara Bali. Singkatan pada bahasa Bali disebut Aksara Anceng, ditulis diantara dua carik siki khususnya untuk singkatan wariga, usada, pipil dan lain sebagainya.
Ringkesan Modern merupakan ringkasan yang diserap dari bahasa Indonesia serta ditulis dengan disertai carik siki. Penyerapan dari bahasa asing, tulisan singkatannya memperturuti bunyinya (fonetik) serta bentuk di dalam bahasa Indonesia.
Penggunaan Aksara Bali
Dalam masyarakat Bali serta Lombok pra-kemerdekaan, aksara Bali secara aktif digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat untuk menuliskan sastra disertai cakupan yang luas dan beragam. Kebanyakan teks sastra ditulis dalam bentuk tembang yang didesain untuk dilantunkan, sehingga teks tidak cuma dinilai dari isi serta susunannya, tetapi juga dari irama serta nada pelantunan.
Dalam perkembangannya, muncul genre sastra seperti gĕguritan yang dapat digubah dengan bahasa Bali sehari-hari serta bahkan bahasa Melayu. Hingga kini, lontar beraksara Bali tetap dihasilkan serta dipakai untuk sejumlah fungsi dalam kehidupan masyarakat Bali era saat ini.
Demikian informasi mengenai daftar lengkap aksara Bali. Semoga informasi ini bermanfaat.
Baca Juga: 10 Aplikasi Belajar Bahasa Jepang Terbaik di Ponselmu
Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech terdaftar dan diawasi OJK yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman online bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan informasi, tips bermanfaat, serta promo menarik lainnya.