Apakah saat ini kamu termasuk golongan generasi milenial yang sudah bekerja tapi masih sering bokek? Meskipun sudah lama menabung pun masih belum bisa membeli rumah atau kendaraan. Kenyataannya memang ada banyak tantangan keuangan milenial yang terasa sulit, tapi tetap harus dihadapi.
Generasi milenial adalah orang-orang yang umurnya antara 24-39 tahun. Memang ada beberapa versi yang menyebutkan rentang usia milenial. Yang jelas, karakter mereka identik dengan gaya hidup serba cepat dan akrab dengan teknologi.
Sebagian generasi milenial juga menjadi tulang punggung bagi keluarga kecilnya, sedangkan mereka juga masih memiliki tanggung jawab untuk membantu kebutuhan finansial orang tua. Untuk golongan yang harus menanggung dua generasi ini sering disebut dengan generasi sandwich.
Meskipun milenial menghadapi banyak tantangan, tapi kenyataannya tidak terlalu mengkhawatirkan. Menurut Survei Literasi Keuangan Investopedia 2022, generasi milenial adalah yang paling percaya diri dan banyak berinvestasi untuk masa depan finansial mereka.
Baca juga: 8 Asuransi Keluarga Terbaik
Mungkin tantangan setiap individu akan berbeda-beda karena ada banyak faktor yang mempengaruhi. Tapi, di sini kami sudah merangkumnya dari berbagai sumber. Setelah membaca setiap poin, kamu bisa mencocokkan kondisinya, adakah tantangan berikut ini yang terjadi pada dirimu?
1. Persiapan untuk Berkeluarga
Berdasarkan survei dari Pew Research Center tahun 2017, wanita yang berusia 18-33 tahun hanya 48 persen yang menjadi ibu. Sementara itu, untuk generasi sebelumnya ada 57 persen, yang berarti generasi milenial cenderung menunda untuk berkeluarga. Untuk menghadapi tantangan keuangan milenial, mereka memilih untuk fokus ke karir terlebih dahulu.
2. Kewajiban untuk Membiayai Orangtua
Pandemi, resesi, dan pergeseran demografi menambah tekanan pada generasi milenial yang harus mendukung anak-anak dan orang tua. Kewajiban untuk membantu kehidupan keluarga ini adalah sebuah tanggung jawab yang sudah mengakar di masyarakat. Apalagi jika ada rencana untuk membangun rumah baru untuk orang tua di kampung halaman.
Hal ini akan bergantung pada kemampuan ekonomi setiap keluarga. Untuk keluarga yang memiliki kemampuan finansial yang stabil dan memiliki literasi keuangan yang baik, maka masalah ini bisa lebih mudah diatasi. Di satu sisi, usaha untuk meningkatkan kapasitas ekonomi adalah tantangan bagi generasi milenial.
3. Kebiasaan Membuat Catatan Keuangan
Sebenarnya segala bentuk kondisi di luar akan lebih mudah diatasi jika dari dalam diri memiliki kesadaran yang kuat. Kesadaran di sini sangat dibutuhkan untuk mengelola keuangan pribadi agar lebih terkontrol. Dengan pengelolaan pribadi yang baik, maka kita akan bisa tahu dengan jelas ke mana saja keluarnya uang bulanan.
Bahkan ketika misalnya pemasukan setiap bulan tidak tetap, hal itu masih tetap bisa dilacak dengan baik. Tidak sedikit orang yang mengabaikan catatan keuangan karena merasa tidak ada waktu. Atau mungkin karena merasa uangnya masih terlalu sedikit, sehingga belum terlihat mendesak untuk dicatat.
4. Faktor Lingkungan Pertemanan
Tantangan keuangan milenial tidak bisa terhindarkan dari faktor lingkungan pertemanan atau kehidupan sosial di mana mereka tinggal. Ketika pengeluaran dibutuhkan untuk kepentingan sosial, maka hal itu tidak masalah karena memang sudah menjadi kewajiban. Akan tetapi, akan beda ceritanya kalau hanya karena keinginan atau gengsi pribadi.
Gengsi di sini bisa kita lihat contohnya pada seseorang memiliki teman yang sering gonta ganti smartphone atau barang mahal lainnya. Kemudian, karena merasa ada tuntutan sosial, maka mereka ingin mengganti smartphone juga dengan yang lebih mahal lagi.
Tidak selalu tentang kebiasaan membeli sesuatu, bahkan kebiasaan nongkrong dan ngopi juga berpengaruh kepada keuangan milenial. Mungkin kondisi seperti ini juga terjadi di circle pertemanan kamu. Tapi, mudah-mudahan kondisimu sekarang bukan seperti itu, ya.
Kondisi tersebut dikenal dengan FOMO (Fear of Missing Out) atau merasa takut ketinggalan. Umumnya, FOMO juga berlanjut dipicu oleh postingan media sosial di mana banyak orang yang memamerkan kekayaan atau pencapaian.
Baca juga: 6 Jenis Investasi yang Cocok Untuk Anak Muda!
5. Ikut-ikutan Investasi
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa sikap FOMO adalah salah satu tantangan keuangan milenial. Bukan hanya untuk urusan belanja konsumtif, ternyata sikap FOMO pun mempengaruhi sikap anak muda dalam berinvestasi. Hanya karena teman-temannya sudah berinvestasi, maka kemudian ingin mencoba investasi juga.
Padahal dalam hal investasi, ada banyak risiko yang dihadapi seperti di kehidupan sehari-hari. Yang jelas, investor harus siap mengelola risiko setiap investasi yang dilakukan. Untuk menghadapi tantangan keuangan milenial yang satu ini, disarankan untuk tidak ikut-ikutan investasi jika belum memiliki bekal pengetahuan yang cukup.
6. Self Reward yang Berlebihan
Banyak generasi milenial yang juga memiliki kecenderungan untuk mengedepankan gaya hidup yang sebenarnya bukan kebutuhan pokok. Salah satunya adalah keinginan untuk pergi liburan dengan maksud self reward atau menghadiahi diri sendiri. Memang wajar ketika seseorang butuh liburan, jalan-jalan, atau belanja dengan tujuan agar pikiran lebih rileks dan merasa lebih bahagia. Aktivitas ini juga termasuk ke dalam kebutuhan self reward untuk menghargai kerja keras sendiri. Sebagian orang menyebutnya dengan healing yang sangat penting untuk menjaga kesehatan mental. Bagaimanapun, self reward juga tidak seharusnya melebihi pengeluaran untuk kebutuhan yang lebih penting.
7. Kesulitan untuk Memiliki Rumah
Menurut data IHPR (Indeks Harga Properti Residensial) dari Bank Indonesia, selama satu dekade, harga hunian di Indonesia mengalami kenaikan 39,7%. Tapi, hal itu tidak seimbang dengan kenaikan upah dari tahun ke tahun. Itulah mengapa, kita jadi sering mendengar berita tentang sulitnya generasi milenial untuk punya rumah sendiri.
Menurut Kementerian PUPR, ada beberapa sebab mengapa generasi milenial di Indonesia menghadapi masalah sulit untuk memiliki rumah. Hal itu bisa terjadi di antaranya adalah karena besarnya konsumsi, kenaikan upah yang relatif rendah, sampai faktor suku bunga.
Baca juga: Jangan Meminjam Uang ke Teman atau Keluarga! Ini Alasannya
Itulah deretan tantangan keuangan milenial yang sudah seharusnya dihadapi dengan penuh kesadaran. Jika generasi milenial tidak mau mengelola keuangan dengan lebih disiplin, maka efek ke depannya akan berbahaya sampai hari tua.
Selain mengendalikan pengeluaran atau konsumsi, yang perlu dilakukan generasi milenial adalah menambah pemasukan, dan berusaha lebih bijak dalam investasi. Begitupun ketika membutuhkan pinjaman uang, pilih lembaga yang terpercaya dan aman.
Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech berizin dan diawasi OJK yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman online bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan informasi, tips bermanfaat, serta promo menarik lainnya.