Sobat Pintar tahu tidak bahwa Reksa dana indeks merupakan salah satu jenis reksa dana yang menjadi andalan oleh Warren Buffet? Ya, dengan mengandalkan reksa dana ini, Warren Buffet berhasil mendapatkan julukan “orang terkaya,” lo.
Reksa dana indeks adalah salah satu wujud investasi keuangan yang berpotensi memberikan banyak keuntungan yang bisa memenuhi kebutuhan kita di masa depan. Sebagian besar besar masyarakat bahkan telah menguasai 4 tipe reksa dana yang ada di Indonesia, yaitu seperti reksa dana pasar duit, reksa dana pemasukan senantiasa, reksa dana saham serta reksa dana kombinasi.
Buat Sobat Pintar yang masih belum paham mengenai reksa dana indeks. Kali ini, Kredit Pintar akan membagikan informasi-informasi penting mengenai Reksa dana Indeks yang berguna untuk pengetahuan Sobat Pintar. Yuk simak penjelasannya berikut ini!
Asal Muasal Reksa Dana Indeks
Ternyata reksa dana indeks pertama kali muncul itu pada tahun 1951 oleh John Bogle yang merupakan lulusan dari Princeton University. John Bogle ini membuat sebuah tesis yang berjudul “Mutual Funds can Make No Claims to Superiority Over the Market Averages.”
Dari hasil tesis dan penelitian inilah John Bogle telah menemukan bahwa reksa dana yang ada di Amerika ternyata tidak cukup kuat untuk mengalahkan hasil investasi pasar. Dari sinilah kemudian lahirnya biasa kita kenal dengan Index Fund dan Exchange Traded Fund Hadir.
Selesai menyelesaikan pendidikannya, John Bogle kemudian mendirikan sebuah perusahaan manajer investasi dengan nama Vanguard yang berdiri pada tahun 1974. Kemudian, John Bogle pensiun pada tahun 1999. Hingga saat ini, perusahaan yang didirikan oleh John Bogle ini terus berkembang dan menawarkan banyak jasa finansial selain reksa dana.
Bahkan, saking bertumbuh dengan pesat, Vanguard Group telah menjadi sebuah perusahaan jasa finansial terbesar di dunia yang memiliki dana kelola 3 triliun dollar AS pada tahun 2015.
Sejarah Reksa Dana Indeks di Indonesia
Untuk Indonesia sendiri sudah banyak penyedia jasa keuangan yang menawarkan reksa dana indeks saham dan indeks obligasi. Namun, perkembangan reksa dana indeks di Indonesia masih kalah jauh dengan reksa dana konvensional.
Hal ini memang wajar, di negara asalnya saja indeks reksa dana menghabiskan waktu hingga puluhan tahun untuk diterima oleh masyarakat disana. Di lain sisi, pemahaman masyarakat terhadap reksa dana pun terbilang masih minim.
Kehadiran reksa dana yang memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan indeks acuan menjadi sebuah faktor lainnya yang menghambat popularitas reksa dana indeks di Indonesia.
Perbedaan Reksa Dana Indeks dengan Reksa Dana Konvensional
Jadi, reksa dana indeks dan reksa dana konvensional memiliki perbedaan yang terlihat sangat signifikan. Berikut penjelasannya.
Sistem Kerja Reksa Dana Konvensional
Jika Sobat Pintar bisa melihat cara kerja dari reksa dana konvensional adalah hadirnya investor yang menginvestasikan atau mempercayakan dananya kepada ahli yang biasa kita kenal dengan Manajer Investasi yang bertugas untuk mengelola reksa dana.
Selanjutnya, Manajer Investasi akan mengelola dana tersebut dengan menginvestasikannya pada beberapa saham dan juga obligasi. Tentu tujuan ini untuk memberikan hasil di atas indeks acuan.
Contoh, jika seorang investor telah menginvestasikan dana pada reksa dana saham, maka target yang harus diincar oleh para manajer investasi adalah memberikan hasil nilai di atas kerja IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan).
Buat Sobat Pintar yang belum tahu apa itu IHSG, mereka merupakan indeks acuan yang mempresentasikan keseluruhan saham terbuka yang ada di Bursa Efek Indonesia.
Jadi, jika IHSG mengalami kenaikan 15% dalam satu periode, maka nilai reksa dana saham yang di targetkan memberikan nilai yang lebih tinggi daripada hasil tersebut. Di lain sisi, jika IHSG mengalami kerugian maka si manajer investasi akan bekerja secara maksimal untuk menurunkan kerugian reksa dana saham yang mereka pegang menjadi lebih kecil.
Metode kerja reksa dana yang berinvestasi pada obligasi juga memiliki sistem yang sama. Si Manajer Investasi akan bekerja optimal untuk menghasilkan investasinya di atas indeks obligasi pada periode tersebut.
Jadi dari penjelasan tersebut, kita bisa katakan bahwa IHSG berperan sebagai pembanding atau benchmark.
Dalam mengelola reksa dana yang menggunakan metode benchmark ini bisa kita sebut sebagai strategi pengelolaan aktif atau active management strategy. Keberhasilan investasi Manajer Investasi yang dapat mengalahkan benchmark secara konsisten ini menjadi nilai lebih dari manajer tersebut.
Biasanya, salah satu cara atau metode yang kerap digunakan untuk menganalisa semua saham adalah dengan mengalahkan benchmark. Dari seluruh informasi yang ditemukan, manajer investasi akan memilih dan menempatkan dana investasi pada saham yang mereka anggap berpotensi memberikan cuan yang tinggi.
Namun, jika IHSG naik, belum tentu juga semua saham yang ada di BEI juga ikut naik. Mungkin ada beberapa yang baik dengan persentase yang sama, namun ada juga yang bisa lebih tinggi atau turun drastis.
Seorang manajer investasi yang handal akan mampu memprediksi kondisi ini dengan memperkirakan saham dengan persentase yang lebih tinggi yang bisa menghasilkan reksa dana yang lebih baik.
Sistem Kerja Reksa Dana Indeks
Jika reksa dana konvensional berusaha mengalahkan benchmark, tujuan dari reksa dana indeks berbeda dengan konvensional. Mereka akan mencoba untuk menyamainya.
Sistem kerja reksa dana indeks ini akan melakukan pendekatan secara pasif dengan cara menyusun portofolio yang menyerupai hasil indeks acuannya. Karena memiliki indeks yang sama atau persis, tentunya hasil yang akan didapatkan juga akan mirip dengan indeks acuannya. Metode ini biasa disebut dengan passive management strategy.
Metode ini tidak mengharuskan kalian untuk mempekerjakan manajer investasi, jadi kalian bisa memaksimalkan efisiensi biaya pengeluaran tambahan kalian.
Selain itu, biaya transaksi yang akan kalian keluarkan juga lebih kecil karena kalian tidak perlu melakukan trading jual beli secara aktif. Makanny, biasa reksa dana indeks cenderung lebih kecil atau murah dibandingkan dengan reksa dana konvensional.
Tidak ada kinerja baik atau buruk dari reksa dana ini jika melihat dari besaran return yang dicapai atau melihat dari risiko fluktuasi harga. Semakin besar selisih reksa dana indeks dengan acuannya meskipun memiliki kinerja yang lebih baik, kita tetap menganggapnya tidak baik. Hal ini karena harus memiliki nilai yang sama dengan acuannya,
Kesimpulan
Bagaimana Sobat Pintar? Setelah membaca artikel ini, apakah kalian sudah menentukan pilihan investasi produk reksa dana?
Jangan lupa juga, Sobat Pintar harus mempertimbangkan investasi reksa dana ini dengan melihat tujuan keuangan. Hal ini diperlukan karena setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Dan jangan lupa juga ya untuk menggunakan “Uang Dingin” saat ingin berinvestasi reksa dana indeks supaya kalian tidak terlalu sering menarik penghasilan kalian dalam jangka waktu pendek.
Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech terdaftar dan diawasi OJK yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman online bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan informasi dan tips lain yang bermanfaat.