Cara menghitung penyusutan mungkin terkesan sulit bagi sebagian besar orang. Faktanya, menghitung penyusutan bisa dilakukan dengan metode yang sederhana. Langkah pertama yang harus kita lakukan sebelum menghitung penyusutan adalah memahami apa itu definisi penyusutan.
Penyusutan atau depresiasi adalah biaya penyusutan suatu aset di satu titik tertentu saat digunakan. Biaya penyusutan merupakan aset yang memberikan nilai lebih dari setahun atau aset yang dikapitalisasi.
Penyusutan juga bisa didefinisikan sebagai pemindahan biaya beban secara berkala dan sistematis selama masa kegunaanya. Dalam istilah akuntansi, penyusutan didefinisikan sebagai pengurangan biaya tercatat aset tetap secara sistematis sampai nilai aset menjadi nol atau dapat diabaikan. Contoh aset tetap adalah bangunan, perabotan, peralatan kantor, dan mesin.
Aset adalah segala sesuatu yang bisa ditukar dengan uang. Aset terbagi menjadi dua macam, yaitu aset berwujud dan tidak berwujud. Aset berwujud adalah jenis aset yang dapat disentuh seperti gedung kantor, truk pengiriman, atau komputer.
Sementara itu, aset tidak berwujud adalah jenis aset tidak dapat disentuh tetapi masih dapat dibeli atau dijual seperti paten, hak cipta, atau kekayaan intelektual. Baik aset berwujud maupun tidak berwujud dapat disusutkan. Namun, penyusutan dalam aset tidak berwujud disebut dengan amortisasi.
Baca juga: Harga Saham GoTo dan 7 Hal Tentang IPO GoTo
Apa Itu Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan perlu dihitung karena aset tetap, seperti peralatan, gedung, dan kendaraan, akan kehilangan kemampuan untuk memberikan saja seiring dengan berjalannya waktu. Akibatnya, biaya perolehan aktiva tetap dipindahkan ke akun beban.
Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan kemampuan aktiva tetap untuk menyediakan jasa dapat diidentifikasi sebagai penyusutan fisik atau fungsional.
Saat Anda menghitung penyusutan aset, Anda dapat merencanakan berapa banyak pengeluaran yang bisa dicegah setiap tahun sehingga memberi Anda lebih banyak kendali atas keuangan Anda. Karena itu, mengetahui cara menghitung penyusutan adalah hal yang wajib dipahami oleh semua pelaku bisnis.
Banyak orang berpikir cara menghitung penyusutan adalah hal yang sulit. Padahal, jika kita paham menghitung penyusutan bisa dilakukan dalam hitungan menit. Penyusutan atau depresiasi adalah prosedur yang penting untuk mengetahui nilai aset yang selama ini digunakan. Munculnya biaya penyusutan karena berkurangnya manfaat suatu aktiva seiring berjalannya waktu.
Menghitung Akumulasi Penyusutan
Di dalam teori depresiasi atau penyusutan, juga terdapat akumulasi. Akumulasi penyusutan adalah total perhitungan beban penyusutan selama periode tahun pertama hingga batas ditentukannya periode penyusutan.
Hampir semua aktiva tetap mengalami akumulasi penyusutan kecuali tanah. Sebab, nilai tanah selalu meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, banyak pebisnis yang memilih tanah sebagai aset investasi daripada aktiva tetap lainnya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi akumulasi penyusutan yang perlu Anda diketahui sebelum mempelajari cara menghitung penyusutan. Ketiga faktor tersebut nantinya diperlukan dalam menghitung biaya penyusutan. Berikut faktor yang mempengaruhi akumulasi penyusutan:
- Harga perolehan
Harga perolehan adalah aktiva tetap yang selalu memiliki harga alokasi untuk mendapatkannya. Penghitungan harga perolehan tidak hanya melihat biaya pembelian saja tetapi juga melihat biaya lain yang timbul akibat dari aktiva tersebut.
- Umur ekonomis aktiva
Umur ekonomis aktiva adalah perkiraan sampai di mana aktiva tersebut bisa digunakan. Penentuan umur ekonomis aktiva tetap bisa dilihat dari segi fisik dan fungsionalnya.
- Nilai residu
Nilai residu adalah nilai sisa dari aktiva tetap di akhir masa ekonomisnya setelah dikurangi nilai penyusutan. Nilai residu muncul ketika aktiva yang umur ekonomisnya telah habis ini dijual. Jika tidak dijual, maka aktiva tersebut dikatakan memiliki nilai residu kosong.
Cara Menghitung Penyusutan
Ada berbagai metode yang bisa kita gunakan untuk menghitung penyusutan. Berikut berbagai cara menghitung penyusutan:
1. Metode garis lurus
Metode garis lurus adalah cara paling sederhana untuk menghitung penyusutan atau depresiasi. Penghitungan dengan metode ini hanya dilakukan dengan membagi nilai secara merata selama masa manfaat aset.
Metode ini sangat cocok diaplikasikan oleh usaha kecil dengan sistem akuntansi sederhana yang mungkin tidak memiliki akuntan atau penasihat pajak untuk membantu mengurus permasalahan pajak mereka.
Menghitung penyusutan dengan metode garis lurus dilakukan dengan membagi biaya perolehan aset tetap, dikurangi nilai sisa atau nilai residu dan dibagi dengan estimasi masa kegunaan. Secara sederhana, berikut rumus menghitung biaya penyusutan:
(biaya aset – nilai sisa/ nilai residu) : masa manfaat
Misalnya, Anda memiliki bisnis penyewaan motor. Lalu Anda membeli motor baru sebagai aset tambahan sebanyak 2 buah dengan harga total Rp 25 juta. Motor tersebut memiliki estimasi nilai reside sejumlah Rp 10 juta dengan estimasi masa pakai 10 tahun. Lalu biaya penyusutan motor tersebut adalah:
biaya aset – nilai sisa) : masa manfaat = (25 juta – 10 juta) : 10 = Rp 1,5 juta.
Baca juga: Apa Itu Paylater?
2. Saldo menurun ganda
Metode saldo menurun ganda tergolong sedikit lebih rumit untuk mendepresiasi aset. Penghitungan penyusutan pada tahun 4 = 2/ 15 x 285 juta = Rp 38 juta
Penghitungan penyusutan pada tahun 5 = 1/15 x 285 juta = 19 juta
Penyusutan tahun 2010 = 3/12 x Rp 95 juta = Rp 23,75 juta.
Itulah berbagai cara menghitung penyusutan. Meki terlihat rumit, sebenarnya pengaplikasian metode tersebut sangat sederhana. Memahami setiap metode tersebut akan membantu Anda untuk menghitung biaya penyusutan aset bisnis Anda sehingga Anda lebih mudah mengontrol keuangan bisnis.Metode ini cocok digunakan untuk bisnis yang ingin memulihkan lebih banyak nilai aset di muka karena aset kehilangan nilainya dengan cepat dalam beberapa tahun pertama kepemilikan.
Dalam metode ini, beban penyusutan tiap tahun ditentukan berdasarkan persentase tertentu yang dihitung dari harga buku pada tahun yang bersangkutan. Sementara itu, tarif penyusutan ditetapkan 2 kali persentase penyusutan dari metode garis lurus.
Pada tahun pertama Anda mem depresiasi suatu aset, Anda mengambil dua kali lipat jumlah yang Anda ambil berdasarkan metode garis lurus. Di tahun-tahun berikutnya, Anda akan menerapkan tingkat penyusutan tersebut ke nilai buku aset yang tersisa daripada biaya aslinya. Nilai buku adalah biaya aset dikurangi jumlah yang telah Anda hapus. Metode saldo menurun ganda tidak memperhitungkan nilai sisa.Secara rinci, berikut rumus saldo menurun ganda:
(100% : umur ekonomis) x 2)
Pada tanggal 1 Januari 2020, PT ABCD membeli peralatan seharga Rp 20 juta. Estimasi nilai sisa peralatan tersebut adalah Rp 1,250 dengan masa manfaat 4 tahun. Jadi, besarnya nilai penyusutan yang terjadi adalah:
Tarif penyusutan = 2 x (100%: n) = 2 x (100% : 4) = 2 x 25% = 50%.
Baca juga: 6 Cara Agar Pinjol Tidak Sebar Data
3. Metode jumlah digit tahun
Metode ini memungkinkan Anda mendepresiasi lebih banyak biaya aset di tahun-tahun awal masa manfaatnya dan lebih sedikit di tahun-tahun berikutnya. Metode ini cocok digunakan untuk bisnis yang ingin memulihkan lebih banyak nilai aset di awal tetapi dengan distribusi yang sedikit lebih merata daripada yang dimungkinkan oleh metode saldo menurun ganda.
Untuk menghitung depresiasi melalui metode jumlah angka tahun, Anda harus
menjumlahkan angka-angka dalam masa manfaat aset untuk menghasilkan pecahan yang akan berlaku untuk setiap tahun depresiasi. Misalnya, jumlah untuk aset dengan masa manfaat lima tahun adalah 15 yang diperoleh dari 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15.
Lalu Anda harus membagi sisa umur aset dengan jumlah digit tahun tersebut kemudian mengalikan jumlahnya dengan biaya penghapusan Anda untuk tahun tersebut. Secara rinci, Anda bisa menggunakan rumus berikut:
(sisa umur ekonomis : jumlah digit tahun) x (biaya aset – nilai sisa)
Sebuah mesin dengan harga Rp 300 juta mulai dioperasikan pada bulan Oktober 2010. Umur penggunaan ditaksir selama 5 tahun dengan nilai residu Rp 15 juta. Lalu biaya penyusutan mesin tersebut adalah:
Jumlah angka tahun : 1 + 2 + 3 + 4 + 5 =15
Jumlah yang harus disusutkan = harga perolehan – nilai residu = Rp 300 juta -Rp 15 juta = Rp 285 juta.
Penghitungan penyusutan pada tahun 1 = 5/ 15 x Rp 285 juta = Rp 95 juta
Penghitungan penyusutan pada tahun 2 = 4/ 15 x Rp 285 juta = Rp 76 juta
Penghitungan penyusutan pada tahun 3 = 3/ 15 x 285 juta = 57 juta
Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech terdaftar dan diawasi OJK yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman online bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan informasi, tips bermanfaat, serta promo menarik lainnya.