Sudah sekitar 2 tahun sejak keberadaan virus Corona atau COVID-19 pertama kali dideteksi di Wuhan. Walau sudah dua tahun lamanya, virus ini belum hilang. Malahan akhir-akhir ini ramai dibicarakan virus Omicron, varian baru COVID-19 yang kabarnya memiliki gejala lebih ganas lagi.
Apa itu Virus Omicron?
Yang dimaksud virus Omicron sendiri bukanlah suatu virus baru, melainkan mutasi dari SARS-CoV-2 atau yang biasa disebut COVID.
Pengertian Mutasi Virus
Virus hanya bisa hidup apabila mereka tinggal di dalam inang, pada kasus ini inangnya adalah tubuh manusia. Jika sudah berhasil menempati tubuh manusia, virus akan memperbanyak diri untuk menguasai sel-sel tubuh.
Pada dasarnya, tubuh sudah memiliki sistem perlindungan otomatis. Apabila menemui suatu virus, tubuh akan membentuk antibodi spesifik untuk virus tersebut agar virus itu tidak bisa menginfeksi sel tubuh lebih lanjut. Maka virus pun mengubah struktur genetiknya agar tidak terdeteksi oleh antibodi tersebut, dan ini yang dinamakan mutasi virus.
Mengapa Mutasi Virus Menghasilkan Varian yang Lebih Berbahaya?
Seperti yang disebut tadi, virus bermutasi supaya tidak terdeteksi oleh antibodi tubuh. Vaksin pun bekerja mirip dengan antibodi, yaitu vaksin bekerja secara spesifik untuk satu jenis virus. Apabila materi genetik virus banyak berubah, vaksin yang berguna untuk satu varian COVID tidak akan mempan untuk varian COVID lainnya.
Sebenarnya kebanyakan mutasi virus tidak signifikan sehingga tidak memberi dampak besar terhadap penyebaran maupun gejala yang ditimbulkan. Akan tetapi, sekali-sekali mutasi akan menghasilkan virus yang lebih berbahaya, lebih mudah menyebar, atau lebih kebal terhadap vaksin yang sudah ada.
Baca juga: Mengenal Cara Kerja Vaksin Corona dalam Tubuh
Kasus Pertama Virus Omicron
- Kasus Pertama di Dunia
Pada awal November, peneliti di Afrika Selatan menemukan keanehan pada sampel virus COVID-19 yang sedang mereka teliti. Saat di-tes PCR, ada virus yang tidak terdeteksi, sehingga mereka sadar bahwa virus tersebut telah bermutasi. Di saat yang bersamaan, kasus positif di Afrika Selatan meningkat drastis dari 1% menjadi 16% dalam beberapa minggu.
Walau begitu, tidak dapat diketahui secara pasti di mana varian baru ini pertama muncul. Pada 26 November 2021, WHO mengumumkan bahwa mereka telah menetapkan varian baru COVID tersebut sebagai variant of concern (varian yang mengkhawatirkan/varian yang harus diperhatikan). Varian ini pun diberi nama Omicron.
- Kasus Pertama di Indonesia
Pada 15 Desember 2021 Menteri Kesehatan, Budi Gunadi, mengkonfirmasi bahwa telah terdeteksi kasus virus Omicron pertama di Indonesia. Orang pertama yang dikonfirmasi terinfeksi virus ini adalah seorang petugas kebersihan di wisma atlet. Penyakit COVID yang dialaminya tidak memiliki gejala.
Setelah itu, perlahan-lahan segelintir kasus virus Omicron lain dikonfirmasi. Kebanyakan yang terinfeksi adalah orang-orang yang baru bepergian dari luar negeri.
Apakah Virus Omicron Lebih Berbahaya?
Varian Corona terakhir yang digadang-gadang “lebih ganas” daripada virus-virus Corona sebelumnya adalah varian Delta. Varian Delta sendiri disebut menyebar lebih cepat dan ada desas-desus bahwa efektivitas vaksin terhadap varian Delta sangat rendah. Apakah virus Omicron lebih berbahaya lagi daripada Delta?
Baca juga: Vaksin Pfizer dan Moderna, Apakah Efektif?
Saat ini WHO dan ahli-ahli virologi masih melakukan penelitian terhadap varian Omicron, masih banyak yang belum diketahui pasti. Walau begitu, berikut beberapa kesimpulan yang telah didapatkan para ahli sejauh ini.
- Tidak terlalu ganas
Meskipun mengalami kenaikan kasus positif, Afrika Selatan melaporkan bahwa persentase pasien rawat inap karena virus Omicron lebih kecil daripada persentase pasien rawat inap karena virus Delta. Maka dari itu, sampai saat ini masih diperkirakan bahwa varian ini memiliki gejala yang lebih ringan daripada varian-varian sebelumnya.
Perlu ditekankan kembali bahwa semua ahli mengatakan hal ini barulah temuan-temuan awal. Ada kemungkinan bahwa ringannya gejala disebabkan oleh faktor lain seperti usia dan kesehatan orang yang terinfeksi. Masih belum pasti apakah virus Omicron benar-benar lebih ringan gejalanya daripada varian lain, tetapi sampai saat ini masih diperkirakan begitu.
- Menyebar lebih cepat
Karena cepatnya peningkatan kasus di Afrika Selatan setelah ditemukannya varian baru ini, virus Omicron diperkirakan menyebar lebih cepat daripada varian COVID lainnya. WHO percaya bahwa varian Omicron menyebar lebih cepat daripada Delta.
- Vaksin tidak terlalu efektif
Virologis Afrika Selatan, Penny Moore, menyatakan bahwa efektivitas vaksin akan menurun terhadap varian Omicron. Beberapa data menunjukkan bahwa Omicron mungkin bisa menghindari efek dari vaksin.
Walau begitu, sampel yang digunakan untuk penelitian terlalu kecil sehingga hasil penelitian ini belum bisa diterima sebagai fakta. Diperkirakan bahwa ada penurunan efektivitas vaksin terhadap Omicron akan tetapi penurunannya hanya sedikit. Vaksin tetap akan membantu dalam mengurangi gejala dan kemungkinan kematian.
- Anak-anak lebih rentan
Hasil penelitian dari Afrika Selatan mengkhawatirkan. Mereka menemukan bahwa jumlah anak-anak yang dirawat inap karena virus Omicron lebih tinggi daripada varian-varian sebelumnya. Tapi lagi-lagi, hasil tadi bisa saja disebabkan faktor-faktor lain dan saat ini para ahli masih terus meneliti hal ini.
Sebaiknya para orang tua memperketat pengawasan terhadap anak. Jangan biarkan anak-anak bermain dalam kerumunan dan pastikan mereka memakai masker dengan benar. Berikan mereka pemahaman secara garis besar bahwa ada varian COVID baru yang memiliki potensi lebih berbahaya bagi anak-anak.
Gejala Virus Omicron
Setelah mengetahui fakta-fakta mengenai varian Omicron, Sobat Pintar sebaiknya mengetahui juga gejala virus Omicron ini. Secara umum, gejalanya kurang-lebih sama dengan gejala COVID varian lainnya. Varian Omicron ini disebutkan memiliki gejala yang sangat mirip dengan flu.
Gejala-gejala Omicron yang paling umum antara lain:
- sakit kepala,
- batuk kering,
- tenggorokan gatal atau sakit tenggorokan,
- merasa lelah,
- tubuh terasa nyeri,
- hidung tersumbat dan pilek,
- bersin-bersin,
- demam ringan.
Sementara itu, gejala Omicron yang lebih tidak umum adalah:
- demam tinggi,
- keringat malam,
- mual,
- kesulitan bernapas,
- diare.
Seperti varian lainnya, ada juga kemungkinan orang terinfeksi COVID-19 varian Omicron tetapi tidak memiliki gejala.
Cara Mencegah Terinfeksi Virus Omicron
- Jaga jarak. Hindari kerumunan dan jaga jarak minimal 1 meter dari orang lain.
- Kenakan masker ukuran pas dengan benar. Pastikan masker menutupi mulut dan hidung serta pastikan tangan bersih saat mengenakan masker.
- Cuci tangan secara berkala.
- Tingkatkan ventilasi ruangan (bisa dengan membuka jendela). Hindari tempat dengan ventilasi buruk.
- Vaksin.
Baca juga: Seputar Vaksin Covid-19: Fungsi dan Manfaatnya
Walaupun kita semua sudah lelah dengan COVID dan ingin kembali beraktivitas seperti biasa, penting sekali untuk terus menerapkan protokol kesehatan. Ada kemungkinan bahwa virus Omicron dan varian-varian yang mungkin muncul di masa depan memiliki gejala yang lebih parah, jadi kita semua harus senantiasa berhati-hati.
Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech terdaftar dan diawasi OJK yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman online bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan informasi mengenai COVID, tips bermanfaat, serta promo menarik lainnya.