Akhir-akhir ini topik revolusi industri sering diperbincangkan. Apalagi dalam debat Capres menjelang pemilu 2019, revolusi industri sering dibahas dan bahkan jadi topik yang diperdebatkan.
Tak heran topik ini sering mencuat ke permukaan, lantaran sebentar lagi seluruh dunia akan masuk ke era Revolusi Industri 4.0.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi adalah salah satu pendorong masuknya perekonomian ke era industri yang baru ini.
Saat ini kita masih di era industri 3.0, sih. Namun sebentar lagi kita akan memasuki era yang baru, yang akan mengubah perilaku dunia industri untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi.
Dan, ya, efisiensi yang lebih tinggi berarti penggunaan teknologi yang lebih untuk mengurangi tenaga manusia. Yang berarti, tingkat pengangguran akan lebih tinggi saat memasuki era industri yang baru nanti.
Pola revolusi industri ini sudah terlihat sejak era industri yang pertama dahulu. Ketika tenaga manusia digantikan oleh mesin uap. Atau ketika mesin otomatis sudah mulai menggeser karyawan pabrik.
Nah, untuk lebih memahami perkembangan ekonomi makro di dunia, mari simak sejarah revolusi industri berikut:
Revolusi Industri 1.0
Revolusi dunia industri yang pertama terjadi pada sekitar abad ke-18. Pada saat ini, listrik belum ditemukan. Dan industri yang ada masih bergantung pada sumber tenaga dari manusia, hewan, maupun alam.
Misalnya pemanfaatan tenaga manusia dan hewan untuk mengolah sawah, atau pemanfaatan air terjun dan angin untuk penggilingan.
Pada waktu ini, ilmuwan terkenal James Watt berhasil menciptakan mesin uap yang kemudian mendongkrak pergerakan perekonomian dunia.
Industri yang mulanya bergantung dengan sumber energi dari tenaga otot, bantuan hewan, dan alam pada masa ini beralih ke tenaga uap.
Sektor manufaktur, pertanian, industri, transportasi, pertambangan dan teknologi mengalami kemajuan pesat setelah diciptakannya mesin uap. Dan tak hanya perekonomian yang mendapat dampak positifnya, kondisi sosial dan budaya di dunia pun ikut berubah.
Walaupun keuntungan yang dirasakan besar, pemanfaatan mesin uap ke berbagai bidang industri memunculkan permasalahan baru. Pencemaran lingkungan akibat maraknya pabrik dan asap pembakaran kayu dan batu bara sebagai bahan bakar mesin uap jadi alasan industri untuk menggunakan sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
Revolusi Industri 2.0
Era industri ini ditandai dengan penemuan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam (combustion chamber). Hal ini mendorong sektor industri untuk menggunakan listrik sebagai sumber tenaga baru yang lebih efisien, murah, dan ramah lingkungan.
Pada waktu ini, pabrik-pabrik juga mulai menerapkan assembly line dengan menggunakan conveyor belt. Hasilnya, produksi di pabrik bisa lebih cepat dan lebih efektif.
Pabrik mobil jadi salah satu industri yang paling merasakan metode assembly line ini untuk meningkatkan kecepatan produksi mereka. Dulunya produksi mobil berjalan di satu titik, di mana spare part mobil dihantarkan ke teknisi, dan teknisi itulah yang membuat satu mobil utuh. Dengan metode assembly line, para teknisi berjajar mengerjakan porsi kerjaan masing-masing. Hasilnya, produksi meningkat secara drastis dalam waktu yang lebih singkat. Sehingga, era ini juga disebut sebagai era kemunculan produksi massal.
Pada era ini juga terdapat penemuan pesawat telepon, mobil, dan pesawat terbang yang semakin mengubah cara hidup masyarakat di dunia.
Revolusi Industri 3.0
Era industri berikutnya juga disebut dengan era digital dan komputerisasi. Dalam era ini, teknologi sudah berperan penting untuk mendukung proses produksi dalam industri.
Pada saat ini, mesin otomatis sudah sedikit-banyak menggantikan manusia di dalam proses produksi. Jarak ruang dan waktu dalam berkomunikasi juga jadi semakin kecil akibat penemuan pesawat telepon dan dunia digital.
Robot dan komputer sudah mulai dipasang dalam produksi. Manusia hanya perlu memantau kinerja mesin-mesin tersebut. Akibatnya, pabrik-pabrik lebih memilih mesin ketimbang tenaga kerja manusia. Bagaimana tidak, produksi yang didukung oleh robot memiliki kelebihan dalam hal kekuatan, konsistensi, dan kecepatan dibanding produksi yang menggunakan tenaga manusia.
Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri keempat adalah konsep yang dicetuskan pada tahun 2011, pada pameran industri di Jerman. Kemunculan konsep ini ditandai dengan hadirnya teknologi disruptif (disruptive technology) yang mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan incumbent.
Pada era ini, ukuran besar perusahaan tidak menjamin jangka waktu hidup perusahaan tersebut. Buktinya sekarang banyak perusahaan startup yang sudah mulai menggeser keberadaan perusahaan-perusahaan yang dulunya banyak digemari.
Ada beberapa landmark yang menandai pergeseran era industri keempat ini. Pertama adalah kemajuan internet yang bisa menghubungkan manusia dalam waktu lebih cepat. Selain antar manusia, internet juga mendukung pekerjaan dilakukan dari jarak jauh.
Berikutnya adalah yang sering diperbincangkan, yaitu kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Meski masih dalam pengembangan dan dalam perdebatan, nantinya dengan AI mesin dan komputer bisa mengerjakan pekerjaannya sendiri tanpa harus terus dimonitor oleh manusia.
Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman online bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan tips mengatur keuangan lain yang bermanfaat. Ingin mengenal Kredit Pintar lebih dekat?