Seperti mayoritas warga di belahan bumi lain, kita di Indonesia sudah berusaha untuk membatasi aktifitas di luar ruangan selama hampir 4 bulan ini. COVID-19 memang sudah menganggu hampir seluruh aspek kehidupan.
Resolusi 2020 yang sudah optimis kita susun di awal tahun juga ikut terganggu. Rencana liburan bersama teman bahkan hingga mudik lebaran tahun ini harus batal gara-gara pandemi.
Cara kita beraktivitas juga sudah berubah drastis, mengikuti anjuran pemerintah untuk mengurangi aktivitas luar ruangan. Aktifitas perkantoran dan pendidikan misalnya, sudah berpindah online sejak PSBB diumumkan di berbagai daerah zona merah.
Dan sekarang beberapa daerah di Indonesia sudah memasuki fase New Normal, di mana kita diajak untuk ‘berdamai’ dengan virus corona.
Perubahan ini tentunya mengubah cara hidup kita sehari-hari, termasuk cara kita dalam mengatur keuangan pribadi.
Berikut ini beberapa tips mengelola keuanganmu untuk menghadapi New Normal selama masa pandemi Covid-19:
- Tinjau ulang pengeluaranmu
Banyak dari kita yang berprofesi sebagai karyawan swasta masih diwajibkan untuk WFH parsial. Di saat seperti ini, kita seperti mendapat kesempatan untuk mengambil satu langkah ke belakang untuk memantau kembali keuangan kita.
Apakah kita terlalu sering membeli barang yang tidak dibutuhkan; apakah kita santai mengelola keuangan sampai tidak mencatat pengeluaran sama sekali; atau apakah kita belum cukup menabung dengan jumlah penghasilan yang sekarang.
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini bisa kita tanyakan ke diri sendiri untuk meninjau ulang keuangan kita.
Cukup duduk, ambil buku catatan dan mulai proyeksikan pengeluaran bulanan biasanya dalam halaman tersebut. Perhatikan bila ada pengeluaran yang bisa dipangkas selama New Normal ini seperti uang transportasi yang pastinya berkurang, atau budget liburan yang tidak terpakai di tahun ini.
- Perbanyak porsi tabungan
Langkah nomor satu sebaiknya dilanjutkan dengan langkah ini: memperbanyak porsi tabungan. Selama masa New Normal ini tentunya banyak kebiasaan kita yang ikut berubah. Misalnya kita yang biasa makan di luar atau memesan delivery, sekarang beralih ke masakan rumah dan memasak sendiri, yang tanpa mengejutkan memang bisa jauh lebih hemat ketimbang satu porsi makan siang di restoran cepat saji yang tak jarang tidak bisa membuat kita kenyang hanya dengan satu porsi saja.
Atau tadi, biaya transport yang berkurang karena jadwal ngantor dan WFH parsial. Atau yang paling jelas adalah budget untuk ngopi atau nongkrong, karena tentu saja kita tidak bisa melakukannya selama masa pandemi ini.
Biaya-biaya yang berkurang tersebut sebaiknya dialihkan langsung ke tabungan. Buat alokasi yang menyenangkan jika motivasi menabung masih redup. ‘Tabungan untuk liburan setelah corona’ terdengar menyenangkan bukan?
Apalagi pandemi ini membuat situasi ekonomi secara keseluruhan menjadi tidak menentu. Tidak ada yang tahu apa yang bisa terjadi esok hari selama aktivitas kita masih terganggu dan semua orang masih takut untuk keluar rumah seperti saat ini. Banyak artikel dari para pengamat ekonomi yang sekaligus menjadi ‘peringatan’ kalau Resesi Ekonomi bisa saja terjadi karena pandemi virus corona.
Maka dari itu, menambah porsi tabungan di saat pandemi menjadi hal yang cerdas untuk dilakukan.
- Kendalikan keinginan belanja
Ah, ini dia musuh orang-orang selama masa WFH. Kita bosan, kita ingin mencari hiburan yang baru karena, tentu saja, kita bosan dengan tontonan berbayar maupun gratis yang tersedia. Akhirnya kita membuka lagi aplikasi belanja online. Niat awalnya memang “hanya melihat-lihat” atau “hanya memasukkan ke wishlist” atau “hanya memasukkan ke keranjang”. Tau tidak kalau alasan-alasan tersebut yang nantinya akan menjerumuskan kita ke kebiasaan belanja online lagi. Namun kita tetap mengeluh menjelang akhir bulan dan bertanya-tanya kenapa belum gajian saja uang sudah menipis.
Selain belanja online, belanja kebutuhan pun bisa menjadi sumber keborosan yang baru. Jadi begini, untuk beberapa orang yang benar-benar menaati peraturan untuk tidak keluar rumah dan hanya keluar rumah untuk berbelanja saja, belanja kebutuhan bisa menjadi sarana hiburan dan pelepas penat. Tidak salah memang, melihat hijaunya sayur-mayur atau warna-warni buah-buahan di supermarket memang memberi kesenangan tersendiri. Lalu salahnya dimana? Salahnya saat belanja tanpa tahu tujuan, tanpa membawa catatan belanjaan saat berangkat. Akhirnya sudah bisa ditebak. Belanja melebihi kebutuhan karena sebagian besar hanya mengikuti keinginan. Dan saat kasir memindai belanjaan terakhir, total belanjaan tertera di layar kasir, kita terlalu malu untuk bilang tidak jadi membeli beberapa barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Jadi lebih baik menahan diri daripada menyesal kemudian, kan?
- Cari penghasilan tambahan
Kalau diperhatikan lebih seksama, sekarang makin banyak orang sudah mulai jualan. Mulai teman kantor, mantan teman kantor, tetangga sebelah, hingga teman sekolah. Mulai dari makanan, kopi satu literan, kaos kaki, hingga pengharum cucian dijual melalui group-group WhatsApp atau postingan di media sosial mereka.
Ada tiga kemungkinan: satu, pekerjaan orang-orang tersebut terdampak corona yang membuat mereka putar otak untuk tetap mencari penghasilan dengan cara berjualan. Dua, orang tersebut bisa melihat kesempatan saat pandemi ini dan sadar untuk menambah penghasilan jika resesi ekonomi terjadi sewaktu-waktu. Atau tiga, orang tersebut ikut-ikutan ‘trend’ saja.
Tidak peduli apa alasannya, berjualan di masa ini memang sudah menjadi trend dan bisa dibilang cara cerdas untuk menambah penghasilan, yang akhirnya bisa menambah pundi-pundi tabungan.
Lalu pertanyaan yang paling populer pun dilontarkan: jika banyak orang sudah berjualan, apakah tidak terlambat untuk ikut berjualan sekarang?
Coba perhatikan dan kumpulkan jenis dagangan orang-orang yang Anda kenal saja. Perhatikan kalau paling tidak ada satu orang yang berjualan dimsum atau cireng atau kopi satu literan. Karena apa? Karena makanan-makanan tersebut mudah dibuat dan banyak disukai. Lalu apa yang membedakan? Cara mereka memasarkan, kreatifitas dalam berjualan yang membuat dua pedagang yang menjual dagangan sama bisa memperoleh hasil yang berbeda.
Oke, cara untuk menambah penghasilan tidak hanya dengan berjualan saja. Bisa dengan mengerjakan freelance yang bisa ditemukan dari portal lowongan online, bisa ikut kompetisi online (blog competition), atau membuat channel video yang terkenal.
Cara hidup New Normal memang tidak mudah dan terkadang membuat kita gelisah, namun dengan sedikit penyesuaian terutama dalam hal keuangan, yakinlah kalau kita akan melewati masa ini bersama-sama.