Apakah Anda berminat untuk investasi saham agar bisa mendapatkan keuntungan di masa depan? Bahkan anak-anak muda sekarang semakin melek keuangan dan menyadari pentingnya investasi. Tapi, jika Anda baru mulai investasi, tentu Anda perlu mencari tahu saham apa yang bagus untuk pemula.
Menurut data KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia), peningkatan tren investasi terlihat sejak tahun 2020 dengan jumlah investor 1.695.268. Pada tahun 2021, jumlah investor saham meningkat menjadi 3.451.513. Kemudian naik lagi menjadi 4.002.289 pada bulan Juni 2022.
Tapi, bagaimana cara mulai investasi saham? Inilah pertanyaan yang harus Anda jawab sebelum menginvestasikan uang. Selain itu, masih ada beberapa hal penting lainnya agar investasi yang Anda lakukan bisa menghasilkan keuntungan.
Baca juga: Mengenal Lebih Jauh Tentang Reksadana Saham
Begini Cara Mulai Investasi Saham untuk Pemula
Buat para pemula, tentu akan ada banyak pertanyaan tentang cara mulai investasi saham. Menurut OJK, tercatat 34% generasi muda menyatakan kesulitan memahami cara kerja investasi saham.
Setidaknya sebelum investasi harus memahami pengetahuan dasar tentang dunia investasi saham, misalnya; kapan harus membeli saham, kapan harus menjual, bagaimana strategi menjual dan membeli saham, 1 lot sama dengan berapa? dan tips mengelola risiko kerugian.
Saat ini ada banyak platform yang memudahkan Anda belajar investasi saham. Agar lebih jelas, sebaiknya kita memahaminya secara lebih detail berikut ini.
1. Ketahui Kapan Waktu yang Tepat untuk Membeli Saham
Pertama, kapan harus membeli saham? Untuk memilih waktu yang tepat mulai investasi, Anda bisa memperhatikan dua aspek yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental adalah suatu analisis menurut pendekatan situasi ekonomi, politik, dan trend perkembangan bisnis yang sedang berlangsung. Salah satu cara melakukan analisis fundamental adalah dengan melihat laporan keuangan.
Sementara itu, analisis teknikal adalah suatu bentuk analisis saham dari pendekatan pergerakan saham dalam rentang waktu tertentu. Yang dilihat adalah harga saham, fluktuasi, dan juga informasi tentang titik tertinggi dan titik terendah suatu saham. Dalam hal ini, harga tidak selalu yang murah, namun harga yang layak untuk dibeli.
2. Cari Informasi Seputar Profil Perusahaannya
Selanjutnya, hal-hal yang sebaiknya Anda perhatikan saat akan membeli saham suatu perusahaan, antara lain; profil perusahaan, tingkat likuiditas perusahaan, tren market, tingkat penjualan, dan fluktuasi di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Ketahui juga Return of Equity (ROE) atau laba investasi para pemegang saham perusahaan tersebut dan Earning per Share. Earning per Share merupakan hasil perhitungan laba bersih perusahaan yang dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Earning per Share atau EPS juga dikenal sebagai laba per saham.
3. Menerapkan Strategi yang Tepat untuk Membeli Saham
Seperti apa strategi yang tepat dalam membeli saham? Anda bisa memperhatikan beberapa kondisi atau momentum ini;
- Buy on Weakness : membeli saham di saat harganya sudah turun pada level tertentu yang cenderung aman untuk dibeli.
- Buy on Breakout : membeli saham di saat harga saham naik menembus ke resistance atau level tertinggi.
- Buy on Retracement : membeli saham sesudah kondisi breakout atau harga bawah. Umumnya, saham yang berhasil breakout akan segera mengalami kenaikan signifikan.
Baca juga: Investasi Reksadana Adalah Terbaik, Ini Jenisnya
4. Mengetahui Kapan Harus Menjual Saham
Sebelumnya sudah kita bahas kapan waktu untuk membeli saham. Lalu untuk sebaliknya, kapan waktu untuk menjual saham yang kamu punya? Menentukan waktu yang tepat untuk menjual saham yaitu saat harganya sedang naik (profit taking).
Lalu, bagaimana jika harga sedang turun? Maka, inilah salah satu waktu yang banyak dipilih untuk menjual saham, yakni dengan cara menetapkan cut loss. Apa itu cut loss? Ini adalah sebuah istilah yang dipakai saat kita menjual saham dengan harga lebih rendah daripada harga beli, jadi akan berpotensi mengalami loss atau kerugian.
Tapi, cut loss di sini tidak untuk merealisasikan kemungkinan kerugian. Sebaliknya, tujuannya agar menghindari kerugian lebih besar saat harga saham kian menurun. Sebagai contoh, saat kamu sudah menetapkan batasan cut loss, misalnya pada angka 7%, artinya saat kerugian mencapai angka tersebut, langsung saja jual saham yang Anda miliki.
5. Pahami Posisi Anda sebagai Investor atau Trader
Cut loss cenderung dianjurkan ke trader atau investor untuk mengamankan modalnya. Waktu (timing) untuk melakukan cut loss juga tidak sama. Hal itu bergantung apakah posisi Anda adalah investor atau trader.
Untuk orang-orang yang posisinya trader aktif, bila saham yang masih Anda miliki ternyata turun terus, sebaiknya cepat melakukan cut loss. Yang terpenting di sini adalah berusaha memantau pergerakan sahamnya, akankah naik, akan turun, atau datar (sideways) untuk waktu tertentu. Waktunya di sini bisa beberapa bulan atau kurang dari setahun, bergantung pada jangka waktu tradingnya.
Untuk yang menjadi investor, cut loss dapat dilakukan pada saat terjadi suatu perubahan fundamental yang dapat terlihat dari kinerja perusahaan. Ada beberapa sebab mengapa investor melakukan cut loss, misalnya ketika ada suatu kabar tidak baik berkaitan dengan perusahaan dan/atau bila IHSG turun.
Apa yang menjadi patokan atau standar menentukan cut loss saham, yakni menyesuaikan harga beli atau menurut titik support. Yang disebut titik support di sini adalah tingkat harga yang dipercaya sebagai suatu titik terendah.
Baca juga: Belajar Crypto Untuk Pemula dan Risikonya
Jika sesuai dengan harga beli Anda telah menentukan titik cut loss dari awal, misalnya 7%, maka metode ini cenderung kurang fleksibel. Alasannya adalah karena tidak ada pertimbangan prospek pergerakan harga ke depannya.
Tapi, akan berbeda kondisinya jika patokannya di sini adalah titik support, maka cut loss dapat ditetapkan dengan cara mengamati rekomendasi saham harian. Umumnya, rekomendasi ini dikirim oleh sekuritas dengan tulisan judul ‘cut loss if’. Dengan mengikuti naik turun harga saham tanpa harus menetapkan sebelumnya, maka metode seperti ini relatif lebih fleksibel.
Jadi, Sudah Siap Mulai Investasi Saham?
Untuk memantau investasi yang sudah Anda lakukan, sebaiknya Anda memantau secara berkala dan tidak cepat panik apabila menemukan risiko kerugian. Perlu Anda ingat, bahwa segala macam investasi tentu ada risikonya.
Pastikan untuk menyesuaikan investasi dengan profil risiko, tujuan finansial, dan berapa lama jangka waktu investasi. Tidak harus banyak, dengan modal Rp 100 ribu saja, Anda sudah bisa mulai investasi.
Misalnya sekarang Anda sudah punya modal sebanyak 10 juta, cocoknya investasi apa saja? Untuk modal 10 juta, selain saham, Anda juga bisa memilih emas, reksadana, atau Surat Berharga Negara. Apapun yang Anda pilih, pada intinya potensi keuntungan sebanding dengan risiko.
Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech berizin dan diawasi OJK yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman online bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan informasi, tips bermanfaat, serta promo menarik lainnya.