Paling tidak sekitar dua puluh tahun yang lalu (mungkin masih bisa dijumpai di masa sekarang), masih banyak orang yang keluar rumah di pagi hari untuk mengambil koran cetak langganan mereka. Seiring dengan perkembangan teknologi yang memudahkan arus informasi, koran cetak pun akhirnya menemui masa jenuhnya dan semakin banyak orang yang berhenti berlangganan koran cetak. Surat kabar dalam bentuk koran fisik maupun majalah cetak memang dulu sempat punya masa jaya, namun sekarang harus diakui bahwa media online mengubah preferensi masyarakat dalam perilaku konsumsi media.
Bisnis berlangganan koran cetak memang tinggal menunggu ajal, namun model bisnis berlangganan masih terus hidup meskipun berganti produk, yaitu bisnis berlangganan produk digital. Tidak hanya dalam kategori media massa (New York Times), masyarakat juga berlangganan produk digital yang menyediakan layanan video-streaming (Netflix), music-streaming (Spotify) maupun media penyimpanan online (OneDrive). Contoh tersebut hanya segelintir dari banyak produk-produk digital dimana masyarakat rela mengalokasikan uangnya untuk mendapatkan akses layanan yang ditawarkan. Dan, ya, pengguna terbanyaknya merupakan generasi milenial.
Beberapa orang berargumen bahwa dengan berlangganan produk digital bisa mencegah mereka menghabiskan uang untuk pengeluaran konsumtif lain yang lebih besar. Misalnya dengan berlangganan Netflix bisa mengurangi minat seseorang untuk mengeluarkan uang dan membeli tiket nonton bioskop. Pertanyaannya, seberapa efektifkah keberadaan produk digital ini untuk memangkas pengeluaran konsumtif? Atau justru berlangganan produk digital merupakan bentuk micro-spending yang tanpa disadari menjerumuskan banyak orang dalam keborosan yang tak terkira dalam keuangan pribadi?
Biaya langganan produk-produk tersebut tampak tak seberapa, namun tanpa disadari bisa memengaruhi kondisi keuangan pribadi. Namun pertimbangan untuk berlangganan produk digital tidak hanya bermuara pada pertimbangan untung-ruginya kondisi keuangan.
Hak kepemilikan/sewa yang legal
Model bisnis berlangganan produk digital yang semakin dikenal dan dipergunakan luas masyarakat menumbuhkan sebuah norma etik yang kuat di kalangan para penggunanya. Semakin banyak orang yang mulai sadar bahwa menggunakan produk digital secara ilegal merupakan tindakan di luar etika; seperti menonton film di website streaming gratis. Berlangganan produk tersebut berarti memiliki akses legal untuk menikmati konten yang ditawarkan. Mengakses konten dalam produk-produk tersebut tanpa membayar biaya langganannya bisa berarti tindakan melanggar hukum. Sesimpel itu!
Perlahan namun pasti, nilai etik ini membentuk penilaian masyarakat terhadap orang-orang yang tidak menggunakan produk digital secara legal. Secara sederhana, ini merupakan salah satu sebab mengapa semakin banyak orang menjadi pengguna premium—karena tidak ada orang yang mau dilihat sebagai pelanggar hukum. Di sisi lain, semakin banyak orang yang menghargai hak cipta atas karya yang dibuat orang lain. Orang-orang semakin mudah menempatkan diri di posisi si pencipta yang tidak mau dirugikan karena karya-nya diakses secara ilegal.
Keinginan untuk mengakses layanan dengan cara yang benar (legal) secara tidak langsung membentuk norma baru yang dianut banyak masyarakat, dan ini berarti hal yang baik!
Berlangganan produk digital menawarkan…
-
Kenyamanan
Netflix menawarkan banyak pilihan tontonan yang bisa dinikmati dalam sekali duduk maupun sebagai tontonan rutin setiap pulang kerja. OneDrive menawarkan kapasitas penyimpanan besar untuk dokumen penting maupun foto-fotomu yang penuh kenangan. Kehadiran produk digital yang menawarkan banyak kemudahan dan kenyamanan merupakan urgensi penting di saat penetrasi penggunaan ponsel dan internet sudah mencapai 57% dan 67% dari populasi orang di dunia. Jumlah pengguna yang masif membuat kenyamanan dan kemudahan jadi nilai jual yang paling ditonjolkan dalam layanan produk-produk tersebut.
-
Tempat bertukar pikiran
Tidak hanya menawarkan hiburan, beberapa langganan produk digital juga menawarkan tempat untuk bertukar pikiran. Bisa dilihat Medium sebagai contoh produk yang paling tampak memberikan layanan ini. Pengguna premium produk ini bisa mendapatkan beragam fitur seperti bacaan tak terbatas, akses penuh ke semua tulisan hingga fitur membaca tulisan secara offline yang tidak bisa dinikmati pengguna gratis.
Platform berbayar seperti Medium memberikan akses kepada penggunanya untuk bertukar dan berbagi pemikiran maupun beradu argumen dalam satu tempat yang bisa dijamin kredibilitasnya—tidak seperti kebanyakan perang yang terjadi di Twitter. Yang didapatkan? Para penggunanya bisa bertukar ilmu dan menambah wawasan dalam platform seperti ini.
-
Sumber tambahan penghasilan
Jika Kamu mencari uang lewat blogging, pasti nggak asing dengan plugin berbayar seperti Jetpack (untuk fitur kustomisasi website), Akismet (spam filter), maupun WooCommerce (plugin eCommerce). Dengan berlangganan plugin tersebut, Kamu bisa lebih mengoptimalkan kinerja blog-mu untuk menambah penghasilan. Analoginya, seperti membuka sebuah warung di lapak orang, Kamu perlu membayarkan biaya sewa, biaya listrik maupun tagihan air agar Kamu bisa terus berjualan dan menghasilkan keuntungan.
Tapi Kamu perlu berhati-hati!
Di saat produk-produk digital menawarkan banyak hal yang tampaknya Kamu butuhkan dan bisa memudahkan hidupmu, Kamu perlu berhati-hati sebelum memutuskan untuk mulai berlangganan dengan layanannya. Sebelum memutuskan untuk membeli langganan suatu produk, tanyakan hal-hal berikut kepada diri sendiri:
-
- Apakah benar-benar butuh layanan tersebut?
-
- Apakah biaya langganan per bulannya tidak memberatkan keuangan?
- Dengan membayar biaya langganan per bulan, apakah ada pengeluaran yang harus dikorbankan? Dan apakah pengorbanan itu sepadan?
Meskipun tampaknya jumlah uang yang perlu dibayarkan untuk berlangganan produk-produk tersebut tak seberapa, biaya langganan sedikit banyak bisa mempengaruhi kondisi keuanganmu.
Pertama, tagihan biaya langganan bulanan akan otomatis jadi prioritas pengeluaranmu. Memiliki akun premium dalam suatu produk merupakan kepemilikan sementara (sewa). Selama masih membayarkan uang langganan, Kamu akan bisa menikmati layanan yang disediakan. Begitu pula jika berhenti membayar, maka Kamu dianggap sudah tidak berlangganan lagi. Hal ini sudah mendarah daging dalam sifat dasar manusia: orang-orang takut kehilangan sesuatu yang sudah pernah mereka gunakan dan/atau rasakan manfaatnya. Dalam hal ini, manusia takut kehilangan akses untuk menikmati serial drama favorit atau streaming lagu-lagu tanpa iklan.
Kedua, biaya layanan yang dibayarkan bisa jadi tidak terlalu efektif untuk memangkas uang konsumtif—seperti tujuanmu di awal berlangganan. Menonton film di website video-streaming memiliki sensasi yang berbeda dengan menonton bioskop. Begitu pula mendengarkan lagu dari ponsel tidak mendatangkan kebanggaan yang sama ketika membeli piringan hitam album penyanyi favorit. Sekali lagi, ini disebabkan karena sifat dasar manusia yang tidak pernah puas dan ingin selalu memenuhi keinginannya. Tujuanmu memangkas pengeluaran nonton bioskop dengan berlangganan aplikasi video-streaming bisa gagal kalau tidak benar-benar konsisten dan disiplin memegang tujuan awal.
Ketiga, Kamu tidak sadar kebutuhan berlangganan. Misalnya saat berlangganan premium member untuk sebuah media berita online, sedangkan Kamu sendiri tidak punya waktu untuk membaca berita dan masih lebih memilih untuk menonton berita ketimbang membacanya. Dengan begini bisa dibilang Kamu rugi telah berlangganan media online tersebut karena tidak benar-benar menikmati layanan yang diberikan.
Maka dari itu Kamu perlu berhati-hati dalam membeli langganan produk digital. Soal untung ruginya? Semua kembali ke kebutuhan masing-masing pribadi.
Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman dan menjadi platform pendanaan yang menguntungkan. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan tips mengatur keuangan lain yang bermanfaat. Ingin mengenal Kredit Pintar lebih dekat?