Analisis fundamental adalah metode untuk menilai keamanan nilai saham di suatu perusahaan. Metode ini untuk menghindari risiko kerugian dan memastikan perusahaan dalam keadaan sehat dan mampu menghasilkan profit. Anda bisa melakukan analisis fundamental sebelum memutuskan membeli saham. Analisis fundamental memang harus dipahami oleh investor pemula, khususnya yang ingin mulai investasi di instrumen saham.
Investasi saham memang tidak bisa sembarangan karena berbeda dengan reksa dana saham. Apabila reksa dana saham Anda akan dibantu oleh manajer investasi, tetapi tidak untuk instrumen investasi saham mandiri. Jadi, pahami hal-hal dasar terlebih dahulu jika Anda ingin terjun ke investasi saham secara mandiri.Agar lebih paham, Anda bisa mengetahui indikatornya terlebih dahulu. Berikut indikator yang perlu Anda perhatikan saat melakukan analisis fundamental.
Baca juga:Saham: Pengertian, Jenis, dan Cara Membelinya
Return on Equity (ROE)
Return on Equity atau yang dalam bahasa Indonesia disebut rasio pengembalian ekuitas. Hasil perbandingan laba bersih dan jumlah total modal dari pemegang saham dan pemilik perusahaan. ROE perusahaan perlu Anda ketahui karena dapat mengetahui kemampuan sebuah perusahaan dalam menggunakan modal untuk menghasilkan laba bersih. Semakin besar perhitungan ROE suatu perusahaan, maka semakin baik reputasi perusahaan di mata calon investor.Contohnya, Perusahaan ABC memiliki omzet 200 juta dan pengeluaran 50 juta. Maka, laba bersih yang dimiliki perusahaan ABC adalah 200 juta dikurangi 50 juta, hasilnya yaitu 150 juta.
Modal awal yang digunakan perusahaan ABC adalah 100 juta ditambah dengan modal dari investor, yaitu 100 juta. Maka, dalam rumus ROE ialahROE= Laba bersih : jumlah total modal dari pemegang saham dan pemilik perusahaanROE = 150.000.000 : (100.000.000 + 100.000.000)ROE = 150.000.000 : 200.000.000ROE= 0,75 -> ROE kecil, bahkan perusahaan belum bisa dikatakan sudah balik modal.Kasus seperti ini, investor mesti cermat sebelum mengambil keputusan membeli saham. ROE yang kecil menandakan bahwa kinerja perusahaan dalam memanfaatkan modal dari investor masih buruk. Investor juga perlu menilai bagaimana indikator penilaian lainnya dalam analisis fundamental. Jadi, sebelum Anda membeli saham perlu mempertimbangkan analisis fundamentalnya terlebih dahulu.
Price to Earning Ratio (PER)
Price to Earning Ratio adalah hasil perbandingan harga saham dan laba per saham (earning per share). Rasio ini digunakan untuk menilai mahal murahnya saham berdasarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih.
Contohnya, ada Perusahaan Otomotif memiliki harga saham seharga 50.000 dan laba per sahamnya adalah 5.000, maka PER dari perusahaan otomotif ini adalah,PER = harga saham : laba per sahamPER = 50.000 : 5.000 = 10Sedangkan di perusahaan lain yang bergerak di bidang Food and Beverage memiliki harga saham 60.000, memiliki laba per sahamnya adalah 3.000, maka PER perusahaan tersebut adalah,PER = Harga saham : laba per sahamPER = 60.000 : 3.000PER = 20
Jika kondisinya seperti ini, investor bisa memilih PER yang angkanya lebih tinggi dari yang lainnya, yaitu saham perusahaan Food and Beverage. PER sendiri idealnya menurut Benni Sinaga, penulis buku Main Saham Pakai Kiat ada di angka 15-18. Selain harga sahamnya murah, perusahaan dengan PER di antara angka tersebut juga diyakini dapat membawa profit menggiurkan daripada perusahaan yang memiliki PER di atas itu. Perusahaan dengan PER di atas 20 dianggap overvalued alias terlalu mahal. Padahal, untuk berinvestasi Anda juga mesti mempertimbangkan kemampuan finansial.
Manajemen Efektivitas Perusahaan
Efektivitas perusahaan menjadi satu indikator juga dalam analisis fundamental karena berkaitan dengan produk atau jasa yang mereka tawarkan. Produk dan jasa yang memiliki kualitas baik tentunya akan membawa banyak peminat. Banyaknya peminat dapat memberikan peluang naiknya pendapatan perusahaan serta dividen pemegang saham. Perusahaan tidak hanya dilihat dari seberapa banyak produk atau jasa yang sudah mencapai target penjualan.
Perusahaan juga perlu bagus pada kualitas dan biaya produksi yang dikeluarkan. Apabila biaya produksi sudah melambung tinggi, tapi kualitas produksi buruk, tentu perlu berpikir ulang untuk investasi. Tom Peters dan Robert Waterman pernah membahas karakteristik perusahaan yang memiliki manajemen efektivitas perusahaan yang baik di buku yang mereka tulis, In Search of Excellence. Ada delapan karakteristik dan satu di antaranya menyebutkan bahwa perusahaan yang terkelola dengan sangat baik dan efektif adalah perusahaan yang berupaya mengoptimalkan partisipasi karyawan untuk meningkatkan produktivitas.
Persaingan Industri
Persaingan industri merupakan persaingan dua atau lebih industri yang sejenis atau mirip untuk menyediakan produk, jasa, harga, distribusi, dan promosi kepada pelanggan. Di dalam dunia bisnis, hal ini adalah suatu hal yang biasa. Justru tidak wajar jika tidak ada persaingan di dalamnya. Tidak ada kompetitor memuat perusahaan merasa aman sehingga tidak berpikir untuk inovasi dan berkembang.
Sebagai calon investor, kita dapat menganalisis indikator ini. Perusahaan yang bisa menghasilkan produk berkualitas dan dapat menyelesaikan masalah pelanggan, kemungkinan diminati masyarakat. Kemungkinan mendapatkan laba lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak antusias berinovasi dan berkompetisi.
Baca juga:Menentukan Jenis Investasi Terbaik untuk Keluarga Muda
Kondisi Sektor dan Industri
Kondisi sektor dan industri menjadi indikator yang perlu dianalisis berkaitan dengan tren. Dalam dua tahun terakhir, ada banyak sektor industri yang mengalami penurunan pendapatan karena peningkatan tren kasus pandemi covid-19. Sebut saja industri pariwisata, maskapai penerbangan, manufaktur (khususnya otomotif), dan Usaha Mikro Kecil Menengah.
Hal ini perlu menjadi catatan bagi investor yang akan membeli saham. Selain itu, majunya teknologi dan ilmu pengetahuan juga membuat sejumlah industri telekomunikasi dan barang-barang elektronik menjadi menarik. Tidak jarang pula banyak yang melirik sehingga kebutuhan produk dan jasa tersebut sangat tinggi. Misalnya saja industri perbankan atau e-wallet menjadi produk yang saat ini menjadi populer. Bank-bank mulai menginvestasikan pada layanan pembayaran digital dan membuat produk tersebut juga diminati pasar. Tentu saja menjadi peluang besar bagi para investor untuk ikut membeli sahamnya.
Baca juga: Harga Saham GoTo dan 7 Hal Tentang IPO GoTo
Itulah lima indikator yang perlu Anda perhatikan sebagai calon investor sebelum membeli saham. Selain menggunakan analisis fundamental, calon investor juga bisa melakukan analisis teknikal. Analisis ini dilakukan dengan cara mengamati pola-pola seperti data pasar, harga saham, dan volume transaksi saham. Metode ini mungkin cenderung untuk jangka pendek, tetapi bisa Anda gunakan untuk menetapkan waktu menjual atau membeli saham. Analisis fundamental lebih disarankan untuk jangka panjang.
Analisis fundamental biasanya dilakukan oleh investor yang memiliki kepercayaan tinggi terhadap kualitas kinerja suatu perusahaan. Sebut saja Warren Buffet, investor ternama dunia ini memilih mengandalkan analisa fundamental untuk investasi daripada melakukan analisis teknikal. Baik analisis fundamental maupun teknikal, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pilihan metode analisis sepenuhnya dikembalikan oleh calon investor. Hal terpenting agar terhindar dari kerugian, indikator-indikator dalam analisis baik fundamental dan teknikal perlu diketahui, dicermati, dan dipertimbangkan matang-matang oleh calon investor.
Artikel ini ditulis oleh Kredit Pintar, perusahaan fintech berizin dan diawasi OJK yang memberi kemudahan dalam penyaluran pinjaman online bagi seluruh rakyat Indonesia. Ikuti blog Kredit Pintar untuk mendapatkan informasi, tips bermanfaat, serta promo menarik lainnya.